Tuesday, November 13, 2012

What should I choose?

Sudah melewati tengah semester di semester 5 ini. Wow, rasanya baru aja jadi maba kemarin (kemarin kapan yaa? plis deh Fariztah -_-). Tapi beneran nggak kerasa sih, maksudku waktu berlalu dengan cepat. Tiba-tiba sudah semester 5 dan tidak lama lagi nyebrang ke rumah sakit. Semakin berjalan kesini, semakin aku berpikir tentang masa depanku. Mungkin ada yang berpikir, kenapa harus mikir, kan udah jelas kalo sekolah di kedokteran ya jelas jadi dokter dong. Iya, memang. Tapi jadi dokter yang gimana? Sekolah kedokteran jaman sekarang beda banget sama jaman orang tua kita dulu. Sekarang, banyak instansi pendidikan baik negeri maupun swasta yang membuka prodi Pendidikan Dokter. Bisa dibayangkan berapa orang yang diluluskan tiap tahunnya untuk menjadi dokter semua. Belum lagi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebelum bisa berpraktek. Sebenarnya kalau dilihat dari rasio jumlah penduduk Indonesia dengan jumlah dokter apalagi dokter spesialis itu masih kurang (Maaf yaa, nggak ada sitasinya..). Hanya saja, semua terkonsentrasi di kota besar. Tapi itu juga butuh peran dari pemerintah sendiri. Entah kenapa pembangunan tidak merata dan kebanyakan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ya jelas kalau mau hidup enak semua pada milih hidup di Pulau Jawa dong -_-. Mungkin ada benarnya kalau ada yang bilang mahasiswa yg kuliah kedokteran ini sudah "terjebak". Hehehe..
Setelah bertemu beberapa orang dan membaca buku aku jadi bingung. Aku jadi bertanya-tanya kira-kira aku ingin jadi dokter seperti apa. Apa yang bisa membuatku berbeda dan berarti? Sewaktu aku menjadi tim medis saat Kejuaraan Piala Walikota Kempo tahun ini, aku berbincang-bincang dengan dr. Evy, yang menjadi kadiv medis dan juga ibu teman SMAku. Beliau berpesan agar aku memutuskan untuk mengambil spesialis dan menjadi dosen, atau apapun itu yang penting punya nilai plus. Dan yang penting, mulai saat ini atau nanti waktu clerkship benar-benar memperhatikan kuliah di tiap departemen, apa saja yang bakal kita lakukan ketika kita mendalaminya dan memikirkan bidang apa yang ingin aku dalami, karena dokter itu kan semacam kontrak pekerjaan seumur hidup. Jadi yang benar-benar kita sukai dan sesuai dengan tenaga kita. Nah, karena ini juga aku berpikir sebagai seorang wanita, yang harus mengurus keluarga, selain nantinya menjadi seorang dokter.
Saat aku mendapat materi dari dr. Siti Pariani, aku juga tambah bingung. Menurut beliau, dokter juga bisa kok nggak melulu berpraktek, tapi juga terjun ke pemerintahan, atau juga lebih bergerak ke bidang promotif dan preventif, bukan hanya kuratif. Ataupun saat aku membaca buku From Beirut to Jerussalem yang ditulis oleh dr. Ang Swee Chai, dokter bedah ortopedi beretnis Cina yang tinggal di Inggris. Kalian tahu apa yang membuatku kagum? Dia memiliki postur tubuh yang mungil khas Asia, bahkan mungkin lebih kecil daripada aku, tapi dia adalah dokter bedah ortopedi dan malah menjadi relawan di daerah konflik yaitu di Palestina, walaupun berbeda agama. Memang yang dibutuhkan di daerah konflik adalah dokter anestesi dan dokter bedah terutama ortopedi. Dia juga mendirikan MAP (Medical Aids for Palestine) sebagai badan yang menyalurkan bantuan warga Inggris untuk Palestina. Wow, tiba-tiba aku ingin menjadi relawan di daerah konflik, tapi nanti ibuku nggak tega. ~.~
Hmm.. Di tengah kebingunganku (nggak bingung juga sih, cuma lagi mikir), ibuku cuma berpesan, "Kalau jadi dokter nanti, jadi dokter yang baik ya dek.." Ayo Fariztah sekarang belajar dulu yang rajin, jangan males-males.. Inget apa tujuanmu kenapa milih jalan ini dulu \(^o^)/

Thursday, October 25, 2012

Ibu, You're My Everything Part II

Ibu pernah bilang betapa beruntungnya ibu punya anak seperti aku dan mas. Tapi seharusnya aku yang bilang kalau betapa beruntungnya aku punya ibu seperti ibu. Ibu yang baik, pengertian dan tegar.
Ibu pernah bilang bahwa ibu bersyukur dengan apa adanya diriku, tanpa menuntutku menjadi yang terbaik, rezeki yang telah aku dapatkan, apa yang bisa aku capai, bagi ibu merupakan bonus. Tapi bagiku, ini karena doa ibu yang selalu mengalir untukku setiap harinya. Tanpa doa ibu dan Allah yang Maha Pemurah, mustahil aku bisa mencapai semuanya.
Saat aku sedang fokus mengerjakan beberapa hal, sampai-sampai aku tidak sadar kalau kedua alisku mengerut hampir menyatu, ibu mendekatiku, berkata sambil tersenyum, "Ya ampun, liat tuh alismu hampir menyatu, nanti gampang keriput lho! Adek mau beli sesuatu? Es krim?". Padahal ibu hanya ingin berbicara padaku setelah sekian waktu aku habiskan di kampus.
Saat aku sedang terdiam dan terlihat sedih karena suatu masalah, ibu mendekatiku dan berkata, "Kenapa dek? Boleh cerita ke ibu? Kayaknya sibuk banget? Banyak yang diurus ya? Lagi mikir apa? Hayoo, ingat ujian tinggal berapa hari lagi". Tapi terkadang aku tidak ingin menceritakan masalah yang aku hadapi, ibu pun berkata, "Ya udah, sebenarnya ibu ingin banget bantu kamu. Ya nggak papa kalau nggak mau cerita. Apapun masalahmu, ingat kalau kamu masih punya pedoman hidup, kamu punya Allah, punya agama, punya Rasulullah dan keluarganya, punya doa-doa untuk segala masalah." Sebenarnya ibu kecewa karena tidak tahu masalahku dan tidak dapat membantuku, tapi ibu berusaha tidak menunjukkannya padaku.
Ibu, maaf bila aku tanpa sadar terlalu sibuk dengan urusanku sehingga sepertinya aku cuek pada ibu. Aku juga sering nggak sms ibu kalau aku pulang telat. Aku juga terkesan nggak pernah cerita ke ibu. Sebenarnya aku mau banget cerita semuanya ke ibu. Karena aku masih mengerjakan hal lain, aku belum sempat cerita ke ibu dan aku rasa ada beberapa hal yang berusaha aku selesaikan sendiri. Tapi aku udah cerita kan tentang keunikan dan kekonyolan teman-temanku. Aku harap bisa membuat ibu tersenyum. Maafkan aku ibu.. Aku tidak mau membuat ibu sedih. Aku sayang ibu, walaupun aku tahu rasa cintaku ini tidak sebanding dengan rasa cinta ibu kepadaku.
Aku jadi ingat saat aku mendapat kuliah PBL tentang Asuhan Persalinan Normal, tanpa terasa mataku berkaca-kaca. Aku baru tahu detailnya proses persalinan normal, bagaimana rasa sakit yang dirasakan ibu. Hal itu membuatku semakin menyadari betapa besar pengorbanan ibu padaku. Hal yang tidak akan bisa terbalaskan sampai kapan pun. Memikirkan semua hal tentang ibu tanpa sadar membuatku meneteskan air mata.  
Ibu, aku senang sekali karena ibu perhatian padaku, selalu ada di sampingku. Aku akan selalu berusaha menjadi orang baik sesuai harapan ibu dan aku janji aku akan membuat ibu merasa bangga dan tidak menyesal mendidik anak sepertiku.

Friday, August 17, 2012

Demi Waktu...

Ramadhan tahun ini akan segera berakhir. Rasanya baru beberapa hari yang lalu hati ini bergembira menyambut datangnya Ramadhan, bulan Allah yang penuh berkah. Aku merasa sangat sedih, menyesal, dan berpikir apakah aku sudah memanfaatkan waktuku sebaik-baiknya untuk memperoleh rahmat-Nya pada Ramadhan kali ini. Alhamdulillah Ramadhan tahun ini bertepatan dengan libur kuliah. Tapi sama aja aku harus ke kampus untuk mengurus banyak hal (susah dijelaskan, hehe..). Paling tidak aku bisa lebih fokus ke ibadah pada malam harinya. Aku merindukan saat-saat membaca doa yang panjaaang sekali, doa yang dibaca pada malam-malam terakhir, butuh waktu satu jam lebih untuk membacanya. Agar tidak mengantuk dan akhirnya salah baca, ibu selalu mengajakku membaca doa bersama. Di satu malam, pada 10 hari terakhir, aku dan ibu sengaja tidak tidur, banyak sekali amalan dapat yang dikerjakan. Setelah selesai mengerjakan amalan-amalan itu, aku membuka sesi curhat antara anak perempuan dan ibunya. Sebenarnya aku mencoba introspeksi diriku sendiri. Karena menurutku mungkin ibu bisa membantuku melihat apakah aku sudah mengambil jalan yang tepat atau tidak, mana yang harus aku perbaiki untuk menjadi lebih baik ke depannya, mengingatkanku untuk selalu bersyukur untuk apapun yang Allah berikan kepada-Mu. Sempat merasa apatis karena mimpiku belum tercapai semua, tapi ibu kembali mengingatkan, kembalikan semua pada Allah, karena Allah mengetahui apa yang baik bagiku. Mungkin saja apa yang aku pinta tidak baik untukku, jadinya Allah belum mengabulkan doaku. Bukankah Dia memberi apa yang paling dibutuhkan hamba-Nya? Pesan ibuku selalu sama setiap waktu: selalu berusaha menjadi orang baik, orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak terasa aku akan menempuh semester lima beberapa minggu lagi. Umurku juga sudah 20 tahun lebaran kali ini. Waktu memang cepat berlalu. Ngomong-ngomong, aku ada kutipan bagus lagi, tentang waktu.

"Jika dunia ini ibarat pasar, maka seluruh umat manusia seperti penjual es batu, dan es batu itu adalah modal waktu yang diberikan Allah kepada manusia," kata Ayatullah Muhsin Qira'ati saat menafsirkan surat Al-Ashr. Para penjual es batu selalu dihadapkan kepada kemungkinan mengalami kerugian total jika dagangannya tidak segera laku. Pada suhu udara yang normal, es batu pasti mencair seiring dengan berlalunya waktu, dan es yang sudah mencair pasti tak akan ada yang membelinya.
Itu sebenarnya rahasia waktu. Demi waktu yang terus berlalu, sesungguhnya seiring dengan berlalunya waktu, manusia itu pasti merugi, kecuali mereka yang berhasil menukarkan waktu-waktunya dengan hal-hal paling positif bagi hidupnya: beramal saleh dengan landasan keimanan, serta selalu saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Sayangnya, kebanyakan dari manusia tergolong ke dalam kelompok yang merugi itu. Kita cenderung membiarkan es dagangan kita terus-menerus mencair. Waktu terus bergulir, dan kita isi waktu-waktu tersebut dengan sesuatu yang sia-sia. Kalaupun ada kebaikan di dalamnya, itu tidak sebanding dengan harga dari waktu yang terbuang.

Huhu.. Jadi sedih.. Semoga kita selalu diingatkan untuk memanfaatkan waktu kita di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Semoga kita bukan termasuk orang yang merugi. Semoga setelah berlalunya Ramadhan kali ini, kita menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga ibadah kita setelah Ramadhan tetap istiqomah seperti saat Ramadhan.

Wednesday, August 15, 2012

Setidaknya, Aku Masih Memiliki Allah Yang Maha Cinta

Entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi sensitif kalau mendengar masalah tentang perselingkuhan, poligami, atau apapun itu. Baik dalam konteks pasangan tersebut belum ada suatu ikatan sah (misalkan pacaran) maupun pasangan tersebut sudah menikah. Menurutku kejadian yang berkaitan dengan itu sangat meyakitkan bagi wanita yang dikhianati pria yang dicintainya. Aku heran mengapa kejadian itu sering terjadi karena dari sudut pandangku, yang alhamdulillah dibesarkan dalam suatu keluarga yang lengkap, keluargaku saja bisa menjaga kondisi dalam keluarga penuh dengan cinta dan kasih tanpa harus ada kejadian yang bersifat rendahan seperti itu, mengapa banyak yang tidak bisa menjaga cinta dan komitmen yang sudah mereka buat. Mungkin aku perlu menceritakan tentang tetangggaku, yang bercerai karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Aku lupa persisnya kapan, yang jelas perselingkuhan itu, bahkan mereka sudah menikah diam-diam, diketahui tetanggaku saat dia sedang hamil! Bayangkan, bagaimana hancur perasaaannya, saat sedang hamil lagi. Yang dia pikirkan hanya cerai dari pria itu. Saat proses perceraian itu, petugas KUA sempat menanyai dia sekali lagi, pilih yang mana, istri yang dulu atau istri barunya. Dia hanya diam, bingung. Tetanggaku bersikeras untuk bercerai, walaupun nantinya dia menjadi single parent. Mungkin lebih baik seperti itu daripada sakit hati berkepanjangan. Kata nenekku, selingkuh itu penyakit, pasti bakal terulang lagi. Beberapa bulan kemudian, tetanggaku melahirkan anak perempuan yang cantik. Kalau ibuku memperhatikan tetanggaku, dia mencurahkan semua untuk anaknya itu. Sekarang anak itu sudah bersekolah di SD. Mungkin karena merasa sedikit bersalah, mantan suaminya berkunjung tiap anaknya berulang tahun (bayangin, setahun sekali ketemu ayahnya!!). Nah, waktu anak itu berulang tahun yang ke-7, pria itu tidak datang, tanpa kabar apapun, tanpa pemberitahuan apapun. Mungkin anak itu kecewa, tapi dia tidak berkata apapun. Sorenya, tiba-tiba badan anak itu panas, panas sekali sampai menggigil, dan mengigau 'ayah, ayah'. Tetanggaku sudah berusaha memberi obat, mengompres, tapi panasnya tidak kunjung turun. Lalu, dia bertanya pada anaknya apakah mau ditelponkan ayah. Tapi karena anak itu sudah kecewa, dia hanya bilang nggak usah, ayah jahat. Aduuh, dengar kejadian itu rasanya hatiku teriris, bahkan aku tidak kuat menahan agar air mataku tidak menetes. Padahal aku tidak mengalaminya. Apalagi tetanggaku yang mengalami hal itu. Aku dan ibu hanya bisa menggumam dan bersumpah, amat menyesal laki-laki itu telah meninggalkan istri dan anaknya seperti itu. Amat menyesal laki-laki itu bila suatu saat anak yang ditinggalkannya itu menjadi orang hebat. Astaghfirullah, kok bisa sih? Siapa sih yang dicontoh pria itu? Belajar agama dimana sih? Nggak tahu ya, kalau Rasulullah aja mengajarkan kita tentang cinta. Dan agama Islam, adalah agama dengan dasar cinta. Ya Allah, sesak rasanya hati ini bila mendengar hal-hal seperti itu lagi. Ya Allah, lapangkanlah untukku dadaku.
Saat aku teringat dan mendengar hal-hal itu, aku segera membuka lagi buku Avatar Cinta untuk meredam emosiku, hehe.. Setidaknya aku merasa masih punya Allah Yang Maha Cinta. Aku mau mengutip beberapa hal dari buku itu.

Cinta dalam Lembaga Keluarga
Jika sepasang suami-istri saling mencintai, dan cinta sangat berperan di antara mereka, maka harga diri mereka menjadi satu, keluarga mereka menjadi satu. Ayah, ibu dan keluarga si istri menjadi seperti ayah, ibu dan keluarga si suami. Begitu juga ayah, ibu dan keluarga si suami menjadi ayah, ibu dan keluarga si istri. Cara pandang dan tindak-tanduk mereka menjadi satu, dan perselisihan di antara mereka menjadi lenyap. Cinta melenyapkan seluruh batas pemisah dan menghancurkan seluruh sifat mementingkan diri sendiri. Cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah setan menjadi malaikat. Sungguh, cinta adalah eliksir yang sangat mengagumkan.
Rindu dan cinta adalah kata yang manis dan begitu pula artinya. Insya Allah, kita akan selalu merenungkan kedalaman maknanya. Jika sepasang suami-istri hidup dalam cinta maka seluruh kesulitan mereka akan dapat diatasi, mereka tidak akan merasa kekurangan, dan perkataan orang tidak akan memberi pengaruh sedikit pun kepada mereka. Kesulitan hidup menjadi nihil bagi mereka, dan seluruh yang susah menjadi mudah.

Surga Cinta
Haji Agha Dulabi mempunyai perilaku yang sangat penting, mendekatkan dan menyatukan banyak hati. Dia pernah menyampaikan: "Tidak ada yang lebih begitu saya perhatikan daripada menjadikan dua hati menjadi satu. Saya tidak akan tidur di sebuah rumah yang di dalamnya sepasang suami-istri bertengkar, karena saya dapat merasakan bagaimana rahmat Allah terputus atas rumah itu. Pernah suatu masa perhatian saya hanya tercurah pada keadaan, supaya jangan timbul kedengkian di antara anak-anak dan keluarga. Saya sangat sensitif dalam masalah ini."
Jika dua hati berpisah dan janji di antara mereka sudah dilanggar serta mereka sudah tidak mencintai satu sama lain maka yang ketiga adalah setan dan segala keburukan. Jika dalam rumah tangga sudah tidak ada lagi rasa saling mencintai di antara suami-istri, meskipun mereka mempunyai begitu banyak uang, rumah, nama, kedudukan, kebun dan lain sebagainya, mereka tidak akan dapat merasakan kelezatan hidup. Mereka selalu bertengkar, saling menyalahkan dan saling menzalimi satu sama lain. Kehidupan mereka serasa neraka. Dapat dibayangkan bagaimana nasib anak-anak mereka.

Yang Melahirkan Cinta
Cinta melahirkan cinta. Segala sesuatu yang digunakan akan menjadi bertambah banyak. Seperti layaknya dalam usaha, uang atau modal duniawi yang dijalankan secara tepat, akan menjadi bertambah banyak. Karena itu, cinta harus digunakan, dan harus diamalkan. Boleh juga dikatakan, harus diadakan perlombaan dalam cinta. Mulla Abdullah berkata di dalam kitab al-Makatib, "Sebagaimana orang-orang melakukan olah raga jasmani maka orang mukmin juga harus melakukan olah raga cinta. Anda harus melakukan perlombaan dalam mencintai. Masing-masing harus mendahului pasangannya dalam mencintai. Begitu juga di antara ayah, ibu dan anak. Pedang cinta jauh lebih kuat, lebih tajam, dan lebih cepat dari pedang apa pun. Tidak ada pedang yang dapat menyamainya.

Mungkin cukup segitu yang aku kutip dari buku yang ditulis oleh Habibullah Farakhzad itu. Dalam agama pun diajarkan tentang cinta dan mengagungkannya karena Allah Maha Cinta. Di undangan resepsi pernikahan aja pasti ada kalimat yang intinya berdoa agar pernikahannya itu seperti pernikahan Fathimah dengan Ali, atau dalam sebuah film, seorang wanita mendambakan agar dia seperti Khadijah, yang dicintai oleh Rasulullah, atau Fathimah, yang dicintai oleh Ali. Aku juga sebal bila ada yang membahas masalah poligami. Mereka berkata seolah-olah poligami adalah hal yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Padahal, jika mereka mau mencari tahu, tidak hanya sekedar mengerjakan poligami itu, syarat-syarat untuk berpoligami itu amat banyak dan kebanyakan mustahil dipenuhi oleh orang biasa, dengan iman yang dangkal. Contohnya sifat adil, adakah manusia biasa yang menjamin bahwa dia bisa adil pada istri-istrinya? Yang Maha Adil itu lo hanya Allah. Dan bila ada manusia yang bisa, ya hanya yang sekelas Rasulullah. Kita dibandingkan dengan Rasul? Jelas tidak bisa, Beliau adalah pembawa rahmat bagi seluruh alam, utusan Allah. Terus ada yang bilang kalau jaminan istri yang merelakan suaminya berpoligami adalah surga. Surga apanya bro? Kalau dia dalam hati dia nggak rela, mau dapat surga gimana? Hal-hal seperti itu sangat menyakitkan bagi seorang wanita walaupun mungkin dia tidak berkata secara langsung. Kalau melihat hal-hal itu, sepertinya Allah tidak adil pada wanita dengan adanya poligami. Padahal aku yakin, yakin seyakin-yakinnya kalau Allah Maha Cinta dan Maha Adil tidak mungkin membuat suatu aturan yang merugikan makhluk-Nya. Pencipta mana yang tega melihat ciptaannya hancur, apalagi Allah Maha Pencipta. Kalau mereka semua mau belajar, bahwa poligami bukan hal sesimpel itu, bukan hanya untuk kepuasan laki-laki. Itu merupakan jalan darurat. Jalan darurat kan tidak akan dipilih selagi masih ada jalan yang lain. Please, think about it, guys! Kita ditakdirkan berpasang-pasang, wanita diciptakan tidak lain untuk dilindungi oleh pasangannya.               

Monday, July 30, 2012

Suatu Sore di MI Bahagia

Awalnya aku tidak menyangka kalau di kota besar seperti Surabaya ini, masih ada sekolah yang jauh dari kata layak. Tapi aku melihat sendiri hari Sabtu kemarin, 28 Juli 2012. Ada Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara SD di daerah Gunung Sari, namanya MI Bahagia. Seharusnya SD kan ada 6 kelas setidaknya, untuk kelas 1 sampai kelas 6. Di sini hanya ada satu ruangan yang diberi sekat sehingga bisa menjadi tiga ruangan. Tapi aku lihat dari tiga ruangan itu hanya dua ruangan yang berfungsi menjadi kelas, sedangkan ruang satunya untuk menyimpan buku-buku dan barang-barang lainnya. Ada satu ruang lagi di depan yang berfungsi sebagai kantor. Tidak ada lapangan di sekolah ini. Di depan sekolah ini langsung berhadapan dengan jalan raya. Aku jadi bertanya-tanya, ada pelajaran olahraga nggak ya di sekolah ini. Murid yang bersekolah di sini total ada 28 anak. Mereka berasal dari kalangan kurang mampu. Tentang gurunya, hanya ada tiga guru. Dan hebatnya, subhanallah, mereka tidak dibayar, mereka memang sukarela mengajar di sekolah ini. Salah satu guru tersebut adalah pemilik yayasan ini.
Alhamdulillah sekolah ini sudah mendapat bantuan dari Konjen AS. Bangunannya sudah lebih layak daripada awalnya. Baru dicat juga. Hari itu juga sekolah ini mendapat bantuan dua kipas angin. Sewaktu saya dan teman-teman swayanaka datang, ada orang dari Konjen AS yang sedang mengajar Bahasa Inggris. Sedangkan kami dari swayanaka memberi bantuan alat tulis untuk anak-anak yang imut itu. Bu Iis bertanya kepada kami yang datang waktu itu siapa yang bisa meng-handle untuk buber di MI Bahagia ini, karena swayanaka juga ada buber di daerah Dupak. Kemungkinan Bu Iis menghadiri buber yang di Dupak, tapi tetap kesini untuk mengantar makanan. Aku pun berkata insya Allah bisa, tentu saja dengan Ainun, hehehe.. Dan, ternyata cuma kami berdua yang bisa T.T Wah wah, walaupun beliau cuma bilang kami hanya ngasih makanan aja, tapi kami mau melakukan sesuatu yang lebih bagi anak-anak itu.
Hari Minggu, 29 Juli 2012, aku dan Ainun janjian bertemu di Taman Bungkul lagi setelah itu berangkat bareng ke MI Bahagia. Alhamdulillah kami masih ingat jalan menuju kesana. Kami masih agak kikuk kalau harus berbicara di depan anak-anak. Dengan sedikit bonek, kami mulai percaya diri menghibur anak-anak itu. Tentu awalnya dengan bantuan Ibu Guru ^^. Untung Ainun sudah menyiapkan hadiah kecil-kecilan. Ibu Guru mencairkan suasana dengan bertanya pada anak-anak, hayoo siapa yang hafal surat Al-Fatihah? Yang bisa maju. Walaupun awalnya malu-malu, ada juga yang maju. Anaknya imuuut ^^ Jadi ingat jaman SD dulu.  

 
Setelah itu, kami mulai bermain. Yang kalah dapat hukuman menyanyi plus menari. Tapi karena agak geje belum sampai satu putaran kami langsung mengalihkan ke kuis. Hehehe.. Maklum, kami masih pemula. Kuisnya berupa pertanyaan berkisar tentang malaikat, hafalan doa-doa, surat-surat pendek. Siapa yang tahu, angkat tangan dan berani maju, bakal dapat hadiah yang sudah disiapkan Ainun. Ada anak laki-laki yang duduk di belakang yang pertama kali menjawab pertanyaan. Wah, hebat.. Pertanyaan selanjutnya nggak ada yang bisa, atau lebih tepatnya masih malu-malu ya. Tapi anak laki-laki yang tadi mengacungkan tangan lagi. Kami bilang, sebentar ya, beri kesempatan yang lain. Dia mengangguk tanda mengerti. Tahu nggak apa yang dia lakukan? Dia memberi tahu jawaban pada teman di dekatnya. Ya ampun, baik banget anak ini. Terus ada anak perempuan, cantik banget, imut, tapi dia pemalu. Waktu disuruh maju, dia nunduk terus, sampai sama Ibu Guru diberitahu, tegak ya badannya, jangan nunduk. Jadi mengingat masa lalu, aku dulu gimana ya, termasuk yang pemalu atau yang sukanya maju terus. Hehe..
Ibu Guru juga memberi kami saran, bagaimana kalau kami bercerita tentang masa sekolah kami, apa yang kami lakukan agar bisa kuliah di kedokteran. Kata beliau, cerita ini untuk memotivasi mereka agar tidak takut bercita-cita tinggi dan tidak malas belajar. Wah, ini merupakan hal yang susah. Entah anak-anak itu mengerti cerita kami atau tidak, semoga mereka bisa menangkap pesan yang kami maksud. Kemudian, karena kami mahasiswa kedokteran, memberi contoh bagaimana cara hidup sehat. Sebenarnya kami mau mengajari cara mencuci tangan yang benar, tapi kami lupa lagunya.. Kalau anak-anak cepat diajari dengan lagu kan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, waktunya melaksanakan tugas, membagi makanan untuk buber. Walaupun rasanya masih mau bermain dengan anak-anak itu, tapi mau bagaimana lagi. Sebelum mengakhiri pertemuan kami, anak-anak itu bernyanyi. Sewaktu itulah aku baru dapat ide, mengapa nggak mengajak mereka bermain sambil menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri? Istilahnya senam otak atau brain gym. Mereka kan juga butuh koordinasi alat gerak mereka dan aku yakin mereka pasti bosan kalau hanya diam dan duduk di bangku. Aduh Fariztah, telat banget dapat idenya. Bisa nggak ya lain kali aku dan Ainun kesana lagi?
Bertemu mereka mengingatkanku akan tugas kita sebagai manusia untuk saling menolong dan lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Sempat terpikir apa lagi yang bisa aku lakukan untuk orang lain, selain hanya menyisihkan sebagian uang. Tapi kalau aku lihat di sekitarku semua sudah berkecukupan. Kalau mau menolong, aku harus kemana, apa yang bisa aku lakukan. Ternyata sebenarnya masih banyak yang butuh bantuan kita. Walaupun agak telat aku ikut swayanaka ini, aku merasa bersyukur mendapat kesempatan ini. Mengajar dan menghibur anak kecil yang kurang beruntung itu benar-benar membuatku merasa berarti bagi sesama. Semoga kehadiran kami memang benar-benar membawa kebahagiaan di MI Bahagia ini..   
 
 

Wednesday, July 25, 2012

Ibu, You're My Everything..

Sudah dua kali ini, setiap setelah tahajud entah kenapa otomatis aku meneteskan air mata karena teringat omongan ibu saat menghiburku beberapa hari lalu. Sejak saat itu aku berpikir bagaimana jadinya aku kalau tidak ada ibu di sampingku. Beberapa hari yang lalu karena ada sesuatu hal aku merasa sangat sedih dan sakit. Tapi, bagaimana pun aku menyembunyikan rasa sedihku, ibuku pasti tahu. Ibu juga tahu cara agar mau tidak mau aku cerita padanya. Setelah mendengar ceritaku, ibu memelukku dan berkata, "Udah, nggak papa.. Yaa mungkin orang itu masih ada keperluan, atau ada sesuatu, kita ini nggak bisa ngatur orang lain agar sesuai dengan kemauan kita. Kita yang harus pandai-pandai bersikap." Ibu selalu mengajakku untuk berpikir positif terhadap suatu masalah. Lalu ibu berkata lagi, "Tahu nggak, walaupun adek anak bungsu, tapi adek udah dewasa sebelum waktunya. Masih inget nggak, waktu umur 3 tahun, adek ngomong ke ibu, yaa masih pelat (cadel) gitu, ngomong gini, 'Bu, aku nanti kalo udah sekolah aku nggak kayak mas, aku belajar yang rajin bu'. Masih inget nggak?" Yaa maklum karena memoriku itu memori jangka pendek, aku terkejut, apa aku pernah ngomong itu dan berkata,"Oh ya bu?". Ibu jawab,"Iya.. Adek itu anugerah buat ibu bapak. Terima kasih adek udah jadi anak yang baik. Bahkan, apa yang pernah adek dapet itu merupakan bonus bagi ibu." Spontan aku menangis lebih keras, bukan karena masalah sebelumnya tapi omongan ibu. Ibu memelukku lagi dan berkata, "Mungkin masalah ini cara adek belajar dewasa, belajar mengurangi kekurangan kita, memang nggak bisa seratus persen hilang, tapi setidaknya semakin dewasa sifat itu semakin berkurang. Adek udah mulai berkurang sifat ngambeknya, udah nggak egois lagi. Dan yang penting lagi serahkan semua pada Allah, Yang Maha Mengetahui. Ibu selalu berdoa yang terbaik buat adek. Terima kasih ya dek, udah cerita ke ibu. Walaupun ibu nggak bisa berbuat apa-apa, ibu cuma bisa mendoakan adek." Aku lihat diam-diam ibu juga ikut meneteskan air mata.
Huhuhu.. Aku hanya bisa menangis sesenggukan. Aku merasa beban masalahku seketika lenyap karena rasa cinta ibu padaku. Harusnya aku yang berterima kasih padanya, tapi malah beliau duluan yang berterima kasih. Ibu benar-benar tulus mencintai keluarganya. Rasa keakuan aku rasa sudah tidak ada pada dirinya. Beliau hanya berpikir tentang apa yang terbaik untuk keluarganya. Itu juga terlihat saat aku dan ibu membeli baju. Ibu hanya berpikir untuk membelikanku baju, padahal beliau sendiri sudah lama tidak membeli baju baru. Kalau aku tidak memintanya membeli baju untuk beliau sendiri, beliau tidak akan melakukannya.
Ibuku juga merupakan orang yang tegar. Kejadian dua tahun lalu di keluarga kami, tidak membuatnya jatuh. Ibu dan bapak malah semakin giat berdoa menyerahkan semua pada Allah, dan berusaha seakan tidak terjadi apa-apa di hadapanku walaupun aku tahu perasaan mereka sangat sedih. Ibu, aku tidak tahu apa jadinya aku tanpamu. Apakah jika nanti aku jadi ibu, aku akan sehebat ibu dalam mendidik anaknya? Allah, aku mohon berikan aku kesempatan untuk membahagiakan ibu dan bapak. Terima kasih telah menitipkanku pada ibu yang benar-benar mengajariku cara mencintai, termasuk mencintai-Mu dan Rasulullah.       

Tuesday, July 24, 2012

Surabaya City Tour: Visit Museums by Bemo Surabaya Heritage

Hari Kamis, 19 Juli 2012, aku dan teman-teman merencanakan lagi untuk berkeliling kota tercinta dengan bis Surabaya Heritage Track (SHT), setelah dulunya pernah gagal gara-gara Lilik ketiduran -,-". Kami sepakat kumpul di kampus pukul 07.30. Kali ini Vembi nggak ikut, dia masih di Ngawi, kota tercintanya. Tapi seperti yang aku duga, aku datang pertama, padahal jam tanganku sudah menunjukkan pukul 08.00, ckckck.. Aku menunggu di gazteng sendirian, untung ada Ili yang bersedia menemaniku. Beberapa saat kemudian, Ainun datang. Wow, dia udah ngeprint petunjuk jalan ke House of Sampoerna yang dia cari di Google Maps. Lilik akhirnya datang juga. Dia langsung menuju telepon umum koin yang ada di gazteng. Dia menelepon House of Sampoerna untuk memesan kursi bis Surabaya Heritage Track yang jadwalnya akan berangkat pada pukul 09.00. Kami beruntung masih bisa memesan, tapi tunggu, masalahnya adalah Yenni belum datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. Kami langsung menelepon Yenni. Oh tidak, ternyata Yenni lupa -___-. Kami pun segera menyuruh Yenni segera ke kampus. Tapi sayangnya rumah Yenni itu di Sidoarjo. Rencana kami pun gagal lagi, hahaha.. Tahu nggak, berulangkali aku merencanakan untuk berkeliling kota dengan menggunakan bis tersebut sejak SMA, tapi selalu gagal.. Akhirnya kami pun memutuskan untuk membuat rencana alternatif, berkunjung ke Tugu Pahlawan (Heroes Monument) sekalian ke Museum 10 November (Tenth of November Museum). Kami segera menuju tempat parkir motor. Tapi entah kenapa aku lebih memilih untuk naik bemo daripada naik motor. Aku pikir jalan kesana pasti macet dan banyak truk atau bis yang melewati jalan itu. Agak bonek juga, karena kami nggak tau bemo kesana. Tapi kan bisa tanya, hehe.. Lagipula cuaca hari itu lagi mendung. Jadi nggak kepanasan kan :)
Kami mencoba tanya pak sopir bemo O yang lewat di depan kampus kami, kampus A Unair. Ternyata lewat Tugu Pahlawan ^^ karena kami naik bemo, kami menamakan perjalanan kali ini dengan menggunakan Bemo Surabaya Heritage (menghibur diri sendiri karena gagal menggunakan SHT, haha..). Tapi setelah sampai, agak susah menyeberang jalan, macet banget.. Setelah itu, agenda selanjutnyaa, foto-foto sebelum masuk museum ^^
 
Walaupun nggak ada tripod, tas kami pun bisa berfungsi sebagai tripod. Sayang kan, kalau semua nggak ikutan foto. Tapi awalnya yang punya kamera, Yenni, lupa gimana caranya ngatur self-timer --"
Tapi alhamdulillah bisa :)
Kalau ini iseng-iseng foto lompat, mumpung ada lapangan rumput ^^ (Dari kiri: aku, Lilik, Ainun)

Wah, posenya Yenni mirip sama mid air pose Gary di salah satu episode Running Man. Rambutnya juga wow :D (Dari kiri: aku, Yenni, Lilik)
Lama-lama aku dan Lilik capek lompat terus --"

 
Jalan masuk ke museum.
Alhamdulillah, ternyata gratis kalau nunjukin KTM, padahal udah siap-siap uang buat karcis masuk. Lumayan :)

Di dalam Museum 10 November lantai dasar. Kalau di lantai atas ada dioramanya, tapi nggak boleh difoto.
Ini foto di bawah Tugu Pahlawan. Walaupun mendung, tapi tetep aja mata kami cenderung menutup karena silau, hehe.. 
Setelah puas berkunjung ke Museum 10 November dan Monumen Tugu Pahlawan, kami sholat Dhuhur dulu di mushola karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Lalu, destinasi berikutnya adalah Bebek Goreng Cak Yudi di dekat SMP Negeri 2 Surabaya. Jalan kaki juga menguras tenaga, bro. Perut kami sudah meronta-ronta minta diisi. Wisata kuliner ini karena dekat dari Tugu Pahlawan, kami tempuh dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Lilik membicarakan bebek goreng yang enak dekat Tugu Pahlawan, tapi ternyata yang aku maksud dan yang dia maksud berbeda. Tapi nggak masalah, karena kami udah laper banget.
Setelah selesai makan, kami membicarakan destinasi selanjutnya. Yenni punya usul ke Tunjungan Plaza (TP) aja nonton bioskop. Tapi motor kami ada di kampus, dan bakalan di kunci pintu parkirnya pukul 17.00. Kami nggak bisa pulang dong. Lalu, kami berpikir untuk ke kampus dulu, lalu naik motor ke TP. Tapi setelah dipikir lagi, mumpung udah dekat, kenapa nggak ke Museum Kesehatan aja. Nggak setiap waktu kami sempat kesana. Museum Kesehatan berada di Jl. Indrapura. Posisi kami juga di Jl. Indrapura. Tapi kalau jalan kaki sepertinya masih jauh. Kami pun memutuskan naik bemo yang lewat di depan kami. Sebelumnya pasti tanya ke pak sopirnya lewat Museum Kesehatan nggak.. 

Di depan Museum Kesehatan Dr. Adhyatma, MPH. Tiket masuknya Rp 1.500,00 per orang. Wow, parkir motor aja ada yang sampai Rp 2.000,00
Di dalam Museum Kesehatan, kami nggak foto-foto karena terlalu sepi. Di ruangan itu hanya ada kami berempat, ckckck.. Kami juga asyik melihat-lihat benda-benda yang dipamerkan. Tapi, karena saking sepinya, sampai ada kejadian lucu. Di salah satu pintu yang ada di ruangan itu, tertempel tulisan "Dunia Lain". Kami sebenarnya penasaran, tapi karena nggak ada orang lagi selain kami, kami memutuskan untuk melihat-lihat yang lain terlebih dahulu, setelah itu balik ke pintu itu, kalau ada apa-apa kami bisa langsung menuju ke pintu keluar. Setelah sampai di pintu keluar, kami memutuskan untuk balik ke pintu tadi. Kami pikir mungkin itu ruangan tempat benda-benda kesehatan budaya, seperti santet atau pengobatan alternatif lainnya yang pernah kami lihat di televisi. Kami pun berbaris seperti detektif (lebih tepatnya ada rasa takut menyelimuti, hehe..). Ternyata terkunci. Kami pun menuju ke pintu keluar. Jalan menuju pintu keluar ada yang menyempit. Hanya bisa dilewati oleh satu orang. Aku berjalan paling depan, lalu Yenni dan paling belakang Ainun dan Lilik. Ainun dan Lilik berebut karena nggak ada yang mau paling belakang. Mungkin karena suasana seram di museum, hehe.. Akibatnya terjadilah suatu peristiwa antar Ainun dan Yenni. Tapi, maaf karena berdasarkan permintaan korban dan pelaku, peristiwa tersebut tidak bisa aku ceritakan disini, walaupun aku sangat ingin membagikannya ^_^ V
Kami pun keluar sambil tertawa terbahak-bahak. Ada petugas yang menunggu kami dan bertanya ada apa mbak. Spontan kami hanya tersenyum. Kemudian, beliau menunjukkan ruangan lain yang bisa kami kunjungi. Ternyata hal-hal tentang santet atau pengobatan alternatif ada di ruangan yang bertuliskan Kesehatan Budaya. Kami masih penasaran dengan tulisan "Dunia Lain" yang kami temukan tadi. Kami pun bertanya pada beliau mengapa pintu itu terkunci. Lalu beliau menjawab, "Oh, itu toilet mbak. Waktu kapan itu pernah dibuat syuting Bukan Dunia Lain yang di Trans 7 itu lo mbak..". Kami pun hanya berekspresi -_____-. Kami bertanya lagi mengapa masih ditempel. Beliau menjawab, "Yaa, biar tau aja mbak kalo Dunia Lain pernah syuting disitu." Hahaha.. Semoga di ruangan tadi nggak ada CCTV yang merekam kelakuan kami..

Setelah keluar dari ruangan Kesehatan Budaya, ada wayang yang ditampilkan. Iseng-iseng aku dan Ainun meniru wayang tersebut. Aku meniru Bima. Udah mirip belum? Hoho.. Kalo Ainun apa yaa?
Wah, ada Punakawan lewat. Kami meniru masing-masing tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Oke, aku sadar diri jadi Semar. Hahaha.. Ainun jadi Gareng, Yenni jadi Petruk, Lilik jadi Bagong. 
Akhirnya tiba waktu kami untuk pulang. Tapi ada satu masalah. Masalah kami adalah, kami nggak tahu bemo apa yang bisa membawa kami kembali ke kampus. Kami bertanya pada orang yang kami temui di jalan. Ada dua pilihan. Pertama, jalan kaki ke Tugu Pahlawan lalu naik bemo dari sana. Kedua, kami naik bemo ke JMP dulu baru naik bemo lagi yang menuju ke kampus A. Otomatis kami memilih opsi kedua karena kaki kami udah keriting jalan kaki terus. Hehe.. Kami naik bemo apa aja yang lewat di depan Museum Kesehatan yang menuju JMP. Tapi karena macet, kami diturunkan di tengah jalan, sopirnya putar balik --" Untung udah dekat JMP. Wah, ternyata ada bemo O. Kami tanya pak sopir apa bemo ini lewat depan kampus A, ternyata iya. Alhamdulillah.. Akhirnya kami sampai dengan selamat kembali ke kampus bermodal nekat kami yang nggak tau apa-apa tentang bemo jurusan Surabaya Pusat dan Utara. Karena rumahku di Rungkut, daerah Surabaya Timur agak selatan, aku cuma tau bemo yang lewat di daerahku aja.
Coba kita hitung berapa biaya yang kami keluarkan seharian itu.
Bemo O Kampus A-Tugu Pahlawan: Rp 3.000,00
Tiket masuk Museum 10 November: Gratis ^^
Bebek Goreng Cak Yudi + es teh: Rp 15.500,00
Bemo (lupa namanya) depan Kantor Pos Besar-Museum Kesehatan: Rp 2.000,00
Tiket masuk Museum Kesehatan: Rp 1.500,00
Bemo (lupa namanya juga) Museum Kesehatan-JMP: Rp 2.500,00
Bemo O JMP-Kampus A: Rp 3.000,00
Total yang kami habiskan seharian itu adalah Rp 27.500,00
Alhamdulillah, cukup murah juga.. Walaupun cuma di Surabaya aja, walaupun rencana utama gagal lagi, tapi pengalaman bersama teman-temanku tetep aja asik :)   

Wednesday, July 11, 2012

Menemukan Diri dalam Kesendirian

'Menemukan Diri dalam Kesendirian'... 
Aku ambil dari buku Avatar Cinta, penulisnya Habibullah Farakhzad. Kalimat itu merupakan salah satu judul sub bab pada bab Rabbana wasi'ta kulla syai'in rahmatan wa 'ilman, yang artinya Ya Tuhan kami, ilmu dan rahmat-Mu meliputi segala sesuatu (QS. Al-Mukmin: 7). Aku tulis disini, karena menurutku ini menarik.

Dalam kesendirian manusia menemukan dirinya, dalam kesendirian manusia menemukan surga. Dalam kesendirian manusia belajar berada di dalam surga. Dalam kesendirian manusia dapat menjauhkan khayalan-khayalan batil dari dirinya.
Sebuah riwayat mengajarkan, "Untuk mengusir bayang-bayang pikiran ucapkanlah la ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) dan la hawla wala quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersandar kepada Allah). Hadist ini tidak menentukan seberapa banyak jumlah mengucapkannya. Bisa saja seseorang mengucapkan kalimat ini satu kali lalu dia sudah merasa ringan.
Selama seseorang belum menemukan kesendirian dan kehadiran hati, dia tidak akan bisa sampai ke mana-mana. Sebelum manusia sendirian berada di dalam kubur, maka terlebih dahulu ia harus menyendiri dan merasakan apakah kesendirian itu. Sebelum pada hari kiamat setiap orang dihadirkan di padang luas tanpa seorang teman, maka dia harus terlebih dahulu merasakan kesendirian di dunia ini.
Allah Swt berfirman, Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri (QS. Maryam: 95).
Suatu masa kelak, setiap orang akan dipisahkan dari seluruh yang dicintainya, sebagaimana pertama kali ia diciptakan. Maka ingatlah, bahwa sebelum kehidupan yang kita alami ini, kita sama sekali bukan sesuatu. Allah Swt berfirman, Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al-Insan:1).
Dalam ayat lain Allah Swt berfirman, Dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali (QS. Maryam: 9).
Dalam kesendirian manusia kembali ke tempat pertamanya, yang pada akhirnya dia juga akan kembali ke tempatnya masing-masing. Setiap diri akan menyaksikan pada akhirnya bahwa segala yang ada adalah Dia dan manusia bukan apa-apa. Ketiadaan, kefakiran dan kelemahan kita harus bisa ditemukan dalam kesendirian. Jika seseorang telah menemukan itu semua, maka barulah ia dapat dikatakan menemukan Allah Swt. Karena dia akan menyaksikan bahwa dirinya tidak ada dan hanya Dia-lah yang ada. Dan "kalimat" la ilaha illallah akan tampak. Usahakanlah, agar setiap hari kita dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk menyendiri. Menyendiri merupakan salah satu kebiasaan Rasulullah saw. Para 'alim rabbani pun suka menyendiri, terutama pada waktu sahur dan di antara dua terbit fajar.
Menyendiri (berkhalwat) ialah duduk bersama Allah Swt. Menyendiri berarti keluar dari keruwetan dan keanekaragaman kemauan, serta memadamkan gejolak keinginan diri. Ingatlah! Setiap manusia saleh mempunyai alam kesendirian.

Aku jadi ingat, di buku yang ditulis dr. Mehmet C. Oz, entah yang Staying Young atau Being Beautiful, salah satu caranya adalah dengan meluangkan waktu sendiri, bersyukur atas semua yang terjadi bisa menghambat terjadinya stress sehingga bermanfaat baik bagi tubuh kita.. Wah wah subhanallah :)

Sunday, July 01, 2012

Virus, Ujian, dan Ramadhan :D

Beberapa bulan yang lalu, sampe sekarang juga sih, parotitis/mumps atau kita biasa sebut gondong mewabah di angkatanku. Hehehe.. Pernah mencapai angka belasan anak yang kena, ckckck..Untungnya wabah itu nggak sampai ke kelasku. Jadi kasihan tapi juga senyum-senyum sendiri, karena di semester ini aku juga belajar tentang virus, salah satunya virus penyebab mumps. Mumps disebabkan oleh Paramyxovirus. Virus itu termasuk virus RNA dan punya envelope. Transmisinya lewat droplet infeksi, makanya menyebar dengan sangat cepat.. Serasa langsung ada aplikasinya di kehidupan sehari-hari, hehe.. Aku sendiri juga udah pernah kena waktu SD dulu. Tapi kata ibuku gejala klinisnya beda sama teman-temanku yang kena sebelumnya. Kebanyakan panasnya nggak seberapa, terus bengkak di kelenjar ludah (parotitis). Nah, kalau aku jadi ada periode panas banget tiba-tiba suhu tubuh turun drastis, terus berkeringat.. Bingung, nggak tau sakit apa. Udah minum obat, antibiotik kok nggak sembuh. Eh, setelah seminggu demam dengan periode seperti itu ternyata parotitis. Hehe..
Hmm.. Jadi ingat juga setahun yang lalu, bulan Mei kalau nggak salah. Udah waktunya dekat ujian, aku kena varicella (cacar air) -____- Tau nggak, yang paling aku khawatirkan apa waktu aku tau kalau kena varicella? Jelas, bekas cacar airnya, hehe.. Masa umur segini baru kena. Tapi alhamdulillah nggak ada bekasnya. Hoho.. Kalau varicella juga disebabkan oleh virus Varicella-Zooster Virus. Termasuk famili Herpesviridae, subfamili Alphaherpesviridae. Kalau ini virus DNA, punya envelope juga. Tapi yang masih membuatku bertanya-tanya adalah aku ketularan siapa? Balita yang kena varicella waktu aku jadi asisten medis di PHI atau nenekku yang waktu itu juga kena herpes zoster? Hmm.. Karena Herpes Zoster juga bisa terjadi reaktivasi akibat infeksi laten varicella.
Alhamdulillah UAS udah selesai, tinggal jadwal ujian perbaikan. Eh, tapi ada ujian ulang praktikum parasit karena ada masalah -___- Padahal senin malam aku udah ada janji >,< Alhamdulillah Ya Allah, kenapa Engkau masih baik pada hambaMu ini? Baru sempat belajar UAS semalam sebelumnya. Ibu cuma geleng-geleng kepala, belajar kok semalam? Walaupun udah nyicil, tapi yg belum dicicil banyaak.. Nggak boleh diulang lagi Fariztah. Maafkan aku, terima kasih Engkau telah mendengarkan doaku, apalagi doa ibuku T.T Benar-benar merasa bersalah, begitu banyak dosa yang telah aku lakukan tetapi nikmatMu, rahmatMu terus mendatangiku. Terima kasih atas kesempatan yang Kau beri agar aku bisa memperbaiki diriku sebelum memasuki bulanMu yang suci.
Oya, siap-siap buat baksos angkatan, acara forisma, acara swayanaka.. Bismillah, semoga bisa terlaksana dengan baik. Semoga acara baksos nanti bisa berjalan lancar dan memberi banyak manfaat bagi warga desa disana. Semoga di bulan Ramadhan tahun ini aku bisa mencapai target lebih baik daripada tahun lalu. Dan semoga setelah sebulan itu aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik :)

Friday, June 15, 2012

Why Always in June?

After making a new blog for Yenni, I think there's some idea that I want to write.Of course it's not about the myth :) Maybe I start with this month. 
June, a month in a year which is always being the busiest month of the year. For me, as a student and for other jobs. Hmm, I remember that I wrote a post "My Plans in June This Year" last year. Passing this month, need more and more power and energy. I have to keep fighting to face final exams, research proposal, prepare for social service, my organization program, etc. And someone will leave me for two months. In addition, this week is a week which make my emotion flare up. Maybe this week I got a premenstrual syndrome. I don't know, before this period, I've never been like this. I could manage my emotion in order not to be flare up. I think something is missing in my life. But I don't know what it is.
Tired, maybe this word can describe what I feel right now. But, I also think that my efforts haven't been up. I don't know why, where is my self that always do the best to reach her dream, to be useful for her family, for people around her, even for all people in the world? (#lebay dikit, hehe..) Somebody help me please T.T
Fortunately, I have my mom. I don't know what would I do without her. She always remind me to keep praying, always do the good things, manage my emotion. She convince me that I could reach my dream, cheer up when I was so tired. I just tell my self, even though I am tired of all the things, just remember people around you who always support me, don't let them down. Sooo, I promise to my self, I will not let my parent down. 
I also think that I haven't done anything that useful for other in my youth. Whereas my life decreasing day by day. What can I do for others? Hmm.. I think I need to meet people that have a dynamic and great thinking, ideas, but who? I know I have a difficulty to get closer to other, but actually I want to socialize with them. There's a lot of things that I have to learn in this life.
Sooo, cheer up and smile Fariztah :) Dory said that everything is gonna be okay ^^ 

Thursday, April 26, 2012

Salah Satu Cara Mendekatkan Diri pada Allah

Pernah nggak kalian ngerasa jauh dari Allah? Terkadang aku pun merasakan hal itu. Rasanya benar-benar nggak nyaman. Siapa lagi sandaran kita, tempat kita bergantung, jika tidak kepadaNya? Apalagi bila aku telah melakukan kesalahan. Ampuni hambaMu ini Ya Rabb T.T
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (al-Baqarah 2:186).
Berikut ini adalah kutipan dari kata pengantar pada buku doa Kumail yang aku baca:
Ruh agama adalah ibadah, dan ruh ibadah adalah doa. Karena itu banyak ayat Al-Qur'an yang membentuk rangkaian doa. Lagipula, dalam kesendirian di malam hening, membaca doa dengan khusyuk dapat membuat orang melupakan segala sesuatu dan setiap orang, bahkan dirinya sendiri, bebas dari ketergantungan, menutup kesepian hati kepada siapapun kecuali Allah. Ia, oleh karena itu, terhubung dengan Yang Maha Kuasa, dan pastilah bahwa dalam situasi seperti itu doanya akan makbul, insya Allah.
Kebenaran doa Kumail ialah kebenaran cinta; cinta kepada Maha Pencipta keindahan, cinta yang bebas dari karat kotoran bendawi, cinta kepada Wujud Yang Maha Esa, loncatan ke arah kesempurnaan mutlak, terbang membumbung ke yang tidak berbatas dan abadi, merasakan hormat dan pujian kepada kebesaran, keindahan, dan mengungkapkan kerendahan dan penyerahan ke arah Penciptanya.
Doa adalah permohonan bagi kebutuhan manusia akan kesempurnaan yang mutlak. Doa adalah bayu rohani yang menuju ke dunia gaib. Doa adalah penerbangan manusia menuju Pencipta keindahan.
Oya, malam ini adalah malam Jumat (sewaktu penulis menulis tentang ini). Banyak amalan yang bisa dilakukan di malam ini. Salah satu amalan yang rutin aku lakukan adalah membaca doa Kumail. Apa sih doa Kumail itu? Pasti ada yang belum tahu atau belum pernah dengar. Aku juga membaca doa ini tiap kali aku merasa gelisah, takut ataupun kesulitan yang menghadang. Doa Kumail juga dikenal sebagai doa Nabi Hidhir (as).
Doa Malam Jumat
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
يَادَآئِمَ اْلفَضْلِ عَلَى اْلبَرِيَّةِ، يَابَاسِطَ اْليَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةِ،
يَاصَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّةِ، صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ خَيْرِ الْوَرَى سَجِيَّةً،
وَاغْفِرْ لَنَا يَاذَاالْعُلَى فِي هَذِهِ الْعَشِيَّةِ.
Yâ Dâimal fadhli ‘alal bariyyah. Yâ Bâsithal yadayni bil-‘athiyyah. Yâ Shâhibal mawâhibis saniyyah. Shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi khayral warâ sajiyyah. Waghfir lanâ yâ Dzal ‘ulâ fî hâdzihil ‘asyiyyah.
Wahai Yang Selalu Memberi karunia pada makhluk-Nya
Wahai yang tangan-Nya terbuka dengan pemberian-Nya
Wahai Pemilik karunia yang mulia
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
manusia yang terbaik akhlaknya
ampuni kami pada malam ini wahai Yang Maha Mulia.
*****
Doa Kumail
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْء
Allâhumma innî as-aluka birahmatikal latî wasi‘at kulla syây’
Ya Allah,  aku bermohon kepada-Mu, dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu
وَبِقُوَّتِكَ الَّتِيْ قَهَرْتَ بِهَا كُلَّ شَيْءٍ
wa biquwwatikal latî qaharta bihâ kulla syây’
dengan kekuasaan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu
وَخَضَعَ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ وَذَلَّ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ
wa khadha‘a lahâ kullu syay’  wa dzalla lahâ kullu syây’
dan karenanya merunduk segala sesuatu dan karenanya merendahkan segala sesuatu
وَبِجَبَرُوْتِكَ الَّتِيْ غَلَبْتَ بِهَا كُلَّ شَيْءٍ
wa bijabarûtikal latî ghalabta bihâ kulla syây’
dengan kemuliaan-Mu yang mengalahkan segala sesuatu
وَبِعِزَّتِكَ الَّتِيْ لاَيَقُوْمُ لَهَا شَيْءٌ
wa bi‘izzatikal latî lâ yaqûmu lahâ syây’
dengan kekuatan-Mu yang tak tertahankan
oleh segala sesuatu
وَبِعَظَمَتِكَ الَّتِيْ مَلأَتْ كُلَّ شَيْءٍ
wa bi‘azhamatikal latî malaat kulla syây’
dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu
وَبِسُلْطَانِكَ الَّذِيْ عَلاَ كُلَّ شَيْءٍ
wa bisulthânikal ladzî ‘alâ kulla syây’
dengan kekuasaan-Mu yang mengatasi segala sesuatu
وَبِوَجْهِكَ الْبَاقِيْ بَعْدَ فَنَآءِ كُلِّ شَيْءٍ
wa biwajhikal bâqî ba‘da fanâi kulli syây’
dengan wajah-Mu yang kekal setelah punah segala sesuatu
وَبِأَسْمَآئِكَ الَّتِيْ مَلأَتْ اَرْكَانَ كُلِّ شَيْءٍ
wa biasmâikal latî malaat arkâna kulli syây’
dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesutu
وَبِعِلْمِكَ الَّذِيْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ
wa bi‘ilmikal ladzî ahâtha bikulli syây’
dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu
وَبِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِيْ اَضَآءَ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ
wa binûri wajhikal ladzî adhâa lahû kullu syây’
dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu
يَانُوْرُ يَاقُدُّوْسُ
Yâ Nûru yâ Quddûs
Wahai Nur, wahai Yang Mahasuci!
يَاأَوَّلَ اْلأَوَّلِيْنَ وَيَاآخِرَ اْلأَخِرِيْنَ
yâ Awwalal awwalîn wa yâ آkhiral âkhirîn
Wahai Yang Awal dari segala yang awal!
Wahai Yang Akhir segala yang akhir!
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِيْ تَهْتِكُ الْعِصَمَ
Allâhummaghfirliyadz dzunûbal latî tahtikul ‘isham
Ya Allah,  ampunilah dosa-dosaku yang menuruntuhkan penjagaan.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِيْ تُنْزِلُ النِّقَمَ
Allâhummaghfirliyadz dzunûbal latî tunzilun niqam
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan bencana.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِيْ تُغَيِّرُ النِّعَمَ
Allâhummaghfirliyadz dzunûbal latî tughayyirun ni‘am
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merusak karunia
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِيْ تَحْبِسُ الدُّعَآءَ
Allâhummaghfirliyadz dzunûbal latî tahbisud du‘â’
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menahan doa
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتيْ تُنْزِلُ الْبَلآءَ
Allâhummaghfirliyadz dzunûbal latî tunzilul balâ’
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merunkan bala’
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ كُلَّ ذَنْبٍ اَذْنَبْتُهُ وَكُلَّ خَطِيْئَةٍ اَخْطَأْتُهَا
Allâhummaghfirlî kulla dzanbin adznabtuh wa kulla khathîatin akhtha’tuhâ
Ya Allah,  ampunilah segala dosa yang telah kulakukan
dan segala kesalahan yang telah kukerjakan
اَللّهُمَّ اِنِّيْ اَتَقَرَّبُ اِلَيْكَ بِذِكْرِكَ وَاَسْتَشْفِعُ بِكَ اِلَى نَفْسِكَ
Allâhumma innî ataqarrabu ilayka bidzikrik wa astasyfi‘u bika ilâ nafsik
Ya Allah, aku datang menghampiri-Mu dengan zikir-Mu,
aku memohon pertolongan-Mu dengan diri-Mu,
وَاَسْئَلُكَ بِجُوْدِكَ اَنْ تُدْنِيَنِيْ مِنْ قُرْبِكَ
wa as-aluka bijûdika an tudniyanî min qurbik
aku bermohon pada-Mu dengan kemurahan-Mu,
dekatkan daku keharibaan-Mu,
وَاَنْ تُوْزِعَنِي شُكْرَكَ وَاَنْ تُلْهِمَنِي ذِكْرَكَ
wa an tûzi‘ani syukrak wa an tulhimanî dzikrak
sempatkan daku untuk bersyukur pada-Mu,
bimbinglah daku untuk selalu mengingat-Mu.
اَللّهُمَّ اِنِّيْ اَسْأَلُكَ سُؤَالَ خَاضِع مُتَذَلِّلٍ خَاشِعٍ
Allâhumma innî as-aluka suâla khâdhi‘in mutadzallilin khâsyi‘
Ya Allah, aku bermohon pada-Mu dengan permohonan hamba yang rendah,
hina dan ketakutan,
اَنْ تُسَامِحَنِيْ وَتَرْحَمَنِيْ وَتَجْعَلَنِيْ بِقِسْمِكَ رَاضِيًا قَانِعًا
an tusâmihanî wa tarhamanî wa taj‘alanî biqismika râdhiyan qâni‘â
maafkan daku, sayangi daku,
dan jadikan daku ridha dan senang pada pemberian-Mu.
وَفِيْ جَمِيْعِ اْلأَحْوَالِ مُتَوَاضِعًا
wa fî jamî‘il ahwâli mutawâdhi‘â
dan dalam segala keadaan tunduk kepada-Mu
اَللّهُمَّ وَاَسْأَلُكَ سُؤَالَ مَنِ اشْتَدَّتْ فَاقَتُهُ
Allâhumma wa as-aluka suâla manisytaddat fâqatuh
Ya Allah, aku bermohon pada-Mu
dengan permohonan orang yang berat keperluannya
وَاَنْزَلَ بِكَ عِنْدَ الشَّدَآئِدِ حَاجَتَهُ وَعَظُمَ فِيْمَا عِنْدَكَ رَغْبَتُهُ
wa anzala bika ‘indasy syadâidi hâjatah wa ‘azhuma fîmâ ‘indaka raghbatuh
yang ketika kesulitan menyampaikan hajatnya pada-Mu
yang besar kedambaannya untuk meraih apa yang ada di sisi-Mu
اَللّهُمَّ عَظُمَ سُلْطَانُكَ وَعَلاَ مَكَانُكَ وَخَفِيَ مَكْرُكَ وَظَهَرَ اَمْرُكَ
Allâhumma ‘azhuma sulthânuka wa ‘alâ makânuk wa khafiya makruka wa zhahara amruk
Ya Allah, mahabesar kekuasaan-Mu, mahatinggi kedudukan-Mu,
selalu tersembunyi rencana-Mu, selalu tampak kuasa-Mu
وَغَلَبَ قَهْرُكَ وَجَرَتْ قُدْرَتُكَ وَلاَيُمْكِنُ الْفِرَارُ مِنْ حُكُوْمَتِكَ
wa ghalaba qahruka wa jarat qudratuk wa lâ yumkinuk firâru min hukûmatik
selalu tegak kekuatan-Mu, selalu berlaku kodrat-Mu
tak mungkin lari dari pemerintahan-Mu
اَللّهُمَّ لاَ اَجِدُ لِذُنُوْبِيْ غَافِرًا وَلاَ لِقَبَآئِحِيْ سَاتِرًا
Allâhumma lâ ajidu lidzunûbî ghâfirâ walâ liqabâihi sâtirâ
Ya Allah, tidak kudapatkan pengampunan bagi dosaku,
tiada penutup bagi kejelekanku,
وَلاَ لِشَيْءٍ مِنْ عَمَلِيَ الْقَبِيْحِ بِالْحَسَنِ مُبَدِّلاً
walâ lisyay-in min ‘amaliyal qabîhi bil hasani mubaddilâ
tiada yang dapat menggantikan
amalku yang jelek dengan kebaikan,
غَيْرَكَ لاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ
ghayraka lâilâha illâ Anta, subhânaka wa bihamdik
melainkan Engkau, Tiada Tuhan kecuali Engkau
Mahasuci Engkau dengan segala puji-Mu
ظَلَمْتُ نَفْسِي
Zhalamtu nafsî
Telah aku aniaya diriku
وَتَجَرَّأْتُ بِجَهْلِي
wa tajarra’tu bijahlî
telah berani aku melanggar, karena kebodohan,
وَسَكَنْتُ اِلَى قَدِيْمِ ذِكْرِكَ لِي وَمَنِّكَ عَلَيَّ
wa sakantu ilâ qadîmi dzikrika lî wa mannika ‘alayya
tetapi aku tenteram,karena bersandar pada sebutan-Mu dan karunia-Mu padaku
اَللّهُمَّ مَوْلاَيَ كَمْ مِنْ قَبِيْحٍ سَتَرْتَهُ
Allâhumma Mawlâya kam min qabîhin satartah
Ya Allah, Pelindungku,
betapa banyak kejelekan telah Kaututupi,
وَكَمْ مِنْ فَادِحٍ مِنَ الْبَلآءِ اَقَلْتَهُ
wa kam min fâdihin minal balâi aqaltah
betapa banyak malapetaka telah Kauatasi,
وَكَمْ مِنْ عِثَارٍ وَقَيْتَهُ
wa kam min ‘itsariw waqaytah
betapa banyak rintangan telah Kausingkirkan,
وَكَمْ مِنْ مَكْرُوْهٍ دَفَعْتَهُ
wa kam min makrûhin dafa‘tah
betapa banyak bencana telah Kautolakkan,
وَكَمْ مِنْ ثَنَآءٍ جَمِيْلٍ لَسْتُ اَهْلاً لَهُ نَشَرْتَهُ
wa kam min tsanâin jamîlin/l lastu ahlan/l lahu natsartah
betapa banyak pujian baik yang tak layak bagiku telah Kausebarkan.
اَللّهُمَّ عَظُمَ بَلآئِي وَاَفْرَطَ بِي سُوْءُ حَالِي.
Allâhumma ‘azhuma balâî wa afratha sûu hâlî
Ya Allah, besar sudah bencanaku,
berlebihan sudah kejelekan keadaanku,
وَقَصُرَتْ بِي اَعْمَالِي وَقَعَدَتْ بِي اَغْلاَلِي
wa qashurat bihi a‘mâlî wa qa‘adatbî aghlâlî
rendah benar amal-amalku, berat benar belenggu (kemalasanku).
وَحَبَسَنِي عَنْ نَفْعِي بُعْدُ اَمَلِي
wa habasanî ‘an naf‘î bu‘du amalî
Angan-angan panjang telah menahan manfaat dari diriku,
وَخَدَعَتْنِي الدُّنْيَا بِغُرُوْرِهَا وَنَفْسِي بِجِنَايَتِهَا وَمِطَالِي
wa khada‘atnid dun-yâ bighurûrihâ wa nafsî bijinâyatihâ wa mithâlî.
dunia dengan tipuannya telah memperdayaku,
dan diriku (telah terpedaya) karena ulahnya, dan karena kelalainku.
يَاسَيِّدِي فَأَسْئَلُكَ بِعِزَّتِكَ اَنْ لاَيَحْجُبَ عَنْكَ دُعَآئِي سُوْءُ عَمَلِي وَفِعَالِي
Yâ Sayyidî fa-as-aluka bi‘izzatika an/l lâ yahjuba ‘anka du‘âî sûu ‘amalî wa fi‘âlî
Wahai Junjunganku,
aku bermohon pada-Mu dengan segala kekuasaan-Mu,
jangan Kaututup doaku  karena kejelekan amal dan perangaiku,
وَلاَ تَفْضَحْنِي بِخَفِيِّ مَااطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنْ سِرِّي
walâ tafdhahnî bikhafiyyi maththala‘ta
‘alayhi min sirrî
jangan Kauungkapkan rahasiaku yang tersembunyi,
yang telah Engkau ketahui,
وَلاَتُعَاجِلْنِي بِالْعُقُوْبَةِ عَلَى مَاعَمِلْتُهُ فِي خَلَوَاتِي
walâ tu‘ajilnî bil‘uqûbati ‘alâ mâ ‘amiltuhu
fî khalawâtî
jangan Kausegerakan siksa padaku yang kulakukan dalam kesendirianku,
مِنْ سُوْءِ فِعْلِي وَاِسَآئَتِي وَدَوَامِ تَفْرِيْطِي وَجَهَالَتِي
min sûi fi‘lî wa isâatî wa dawâmi tafrithî wa jahâlatî
karena perbuatan buruk dan kejelekan
karena kebiasaanku untuk melanggar batas, dan kebodohan,
وَكَثْرَةِ شَهَوَاتِي وَغَفْلَتِي
wa katsrati syahawâtî wa ghaflatî
karena banyaknya nafsuku dan kelalaianku.
وَكُنِ اللَّهُمَّ بِعِزَّتِكَ لِي فِي كُلِّ اْلأَحْوَالِ رَؤُفًا
Wa kunillâhumma bi‘izzatikalî fî kullil ahwâli raûfâ
Ya Allah, dengan kemulian-Mu,
sayangi daku dalam segala keadaan,
وَعَلَيَّ فِي جَمِيْعِ اْلأَمُوْرِ عَطُوْفًا
wa ‘alayya fî jamî‘il umûri ‘athûfâ
kasihi daku dalam segala perkara.
اِلَهِي وَرَبِّي مَنْ لِي غَيْرُكَ
Ilâhî wa Rabbî mallî ghayruk
Ilahi, Rabbi,
kepada siapa lagi selain Engkau,
اَسْئَلُهُ كَشْفَ ضُرِّي وَالنَّظَرَ فِي اَمْرِي
as-aluhu kasyfa dhurrî wan nazhara fî amrî
aku memohon dihilangkan kesengsaraanku, dan diperhatikan urusanku.
اِلَهِي وَمَوْلاَيَ اَجْرَيْتَ عَلَيَّ حُكْمًا اتَّبَعْتُ فِيْهِ هَوَى نَفْسِي
Ilâhî wa Mawlâya ajrayta ‘alayya hukmanittaba‘tu fîhi hawâ nafsî
Ilahi, Pelindungku, Engkau kenakan padaku hukum, tetapi disitu aku ikuti hawa nafsuku;
وَلَمْ اَحْتَرِسْ فِيْهِ مِنْ تَزْيِيْنِ عَدُوِّيْ فَغَرَّنِي بِمَا اَهْوَى
walam ahtaris fîhi min tazîni ‘aduwwî fagharranî bimâ ahwâ
aku tidak cukup waspada terhadap tipuan (setan) musuhku,
maka terkecohlah aku lantaran nafsuku,
وَاَسْعَدَهُ عَلَى ذَلِكَ الْقَضَآءُ
فَتَجَاوَزْتُ بِمَاجَرَى عَلَيَّ مِنْ ذَلِكَ بَعْضَ حُدُوْدِكَ
wa as‘adahu ‘alâ dzâlikal qadhâu
fatajâwaztu bimâ jarâ ‘alayya min dzâlika ba‘dha hudûdik
dan berlakulah ketentuan-Mu atas diriku
ketika kulanggar sebagian batas yang Kautetapkan bagiku,
وَخَالَفْتُ بَعْضَ اَوَامِرِكَ
wa khâlaftu ba‘dha awâmirik
dan kubantah sebagian perintah-Mu
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَيَّ فِي جَمِيْعِ ذَلِكَ
falakal hamdu ‘alayya fî jamî‘i dzâlik
Namun bagi-Mu segala pujiku atas semua itu;
وَلاَحُجَّةَ لِي فِيْمَا جَرَى عَلَيَّ فِيْهِ قَضَآؤُكَ
walâ hujjatalî fîmâ jarâ ‘alayya fîhi qadhâuk
tiada alasan bagiku (menolak) ketentuan yang Kautetapkan bagiku,
وَاَلْزَمَنِي حُكْمُكَ وَبَلآؤُكَ
wa alzamanî hukmuka wa balâuk
demikian pula hukum dan ujian yang menimpaku.
وَقَدْ اَتَيْتُكَ يَااِلَهِي بَعْدَ تَقْصِيْرِي وَاِسْرَافِي عَلَى نَفْسِي
wa qad ataytuka yâ Ilâhî ba‘da taqshîrî wa isrâfî ‘alâ nafsî
Aku datang kini menghadap-Mu, ya Ilahi,
dengan segala kekuranganku,
dengan segala kedurhakaanku (pelanggaranku),
مُعْتَذِرًا نَادِمًا مُنْكَسِرًا مُسْتَقِيْلاً
mu‘tadziran nâdimâ, munkasiran/m mustaqîlâ
sambil menyampaikan pengakuan dan penyesalanku
dengan hati yang hancur luluh,
مُسْتَغْفِرًا مُنِيْبًا مُقِرًّا مُذْعِنًا مُعْتَرِفًا
mustaghfiran/m minîbâ, muqirran/m mudz‘inan/m mu‘tarifâ
memohon ampun dan berserah diri,
dengan rendah hati mengakui segala kenistaanku.
وَلاَاَجِدُ مَفَرًّا مِمَّاكَانَ مِنِّي وَلاَمَفْزَعًا
lâ ajidu mafarran/m mimmâ kâna minnî walâ mafza‘â
Karena segala cacatku ini,
tiada aku dapatkan tempat melarikan diri,
اَتَوَجَّهُ اِلَيْهِ فِي اَمْرِي غَيْرَ قَبُوْلِكَ عُذْرِي
atawajjahu ilayhi fî amrîghayra qabûlika ‘udzrî
tiada tempat berlindung untuk menyerahkan urusanku,
selain pada kehendak-Mu untuk menerima pengakuan kesalahanku
وَاِدْخَالِكَ اِيَّايَ فِي سَعَةِ رَحْمَتِكََ
wa idkhâlika iyyâya fî sa‘ati rahmatik
dan memasukkan aku pada kesucian kasih-Mu.
اَللَّهُمَّ فَاقْبَلْ عُذْرِي وَارْحَمْ شِدَّةَ ضُرِّي
Allâhumma faqbal ‘udzrî  warham syiddata dhurrî
Ya Allah,  terimalah pengakuanku, dan kasihanilah beratnya kepedihanku
وَفُكَّنِي مِنْ شَدِّ وَثَاقِي
wa fukkanî min syaddi watsâqî
lepaskan dari kekuatan belengguku.
يَارَبِّ ارْحَمْ ضَعْفَ بَدَنِي
Yâ Rabbirham dha‘fa badanî
Ya Rabbi,
kasihanilah kelemahan tubuhku,
وَرِقَّةَ جِلْدِي وَدِقَّةَ عَظْمِي
wa riqqata jildî wa diqqata ‘azhmî
kelembutan kulitku dan kerapuhan tulangku.
يَامَنْ بَدَءَ خَلْقِي وَذِكْرِي وَتَرْبِيَتِي وَبِرِّي وَتَغْذِيَتِي
Yâ Man bada-a khalqî wa dzikrî wa tarbiyatî wa birrî wa taghdiyatî
Wahai Tuhan yang mula-mula menciptakanku,
menyebutku, mendidikku, memperlakukanku dengan baik,
dan memberiku kehidupan,
هَبْنِي لابْتِدَآءِ كَرَمِكَ وَسَالِفِ بِرِّكَ بِي
habnî libtidâi karamika wa sâlifi birrika bî
karena permulaan karunia-Mu,
karena Engkau telah mendahuluiku dengan kebaikan,
berilah aku karunia-Mu.
يَااِلَهِي وَسَيِّدِي وَرَبِّي
اَتُرَاكَ مَعَذِّبِي بِنَارِكَ بَعْدَ تَوْحِيْدِكَ
Yâ Ilâhî wa Sayyidî aturâka mu‘adzdzibî binârika ba’da tawhîdik
Ya Allah, Junjunganku, Pemeliharaku!
Apakah Engkau akan menyiksaku dengan api-Mu,
setelah mengesakan-Mu
وَبَعْدَ مَاانْطَوَى عَلَيْهِ قَلْبِي مِنْ مَعْرِفَتِكَ
wa ba‘da manthawâ ‘alayhi qalbî min ma‘rifatik
setelah hatiku tenggelam dalam makrifat-Mu
وَلَهِجَ بِهِ لِسَانِي مِنْ ذِكْرِكَ
wa lahija bihi lisânî min dzikrik
setelah lidahku bergetar menyebut-Mu
وَاعْتَقَدَهُ ضَمِيْرِي مِنْ حُبِّكَ
wa‘taqadahu dhamîrî min hubbik
setelah jantung terikat dengan cinta-Mu
وَبعْدَ صِدْقِ اعْتِرَافِي وَدُعَآئِي خَاضِعًا لِرُبُوْبِيَّتِكَ
wa ba‘da shidqi‘tirâfî wa du‘âî khâdhi‘an/l lirubûbiyyatik
setelah segala ketulusan pengakuanku dan permohonanku,
seraya tunduk bersimpuh pada rububiyah-Mu
هَيْهَاتَ اَنْتَ اَكْرَمُ مِنْ اَنْ تُضَيِّعَ مَنْ رَبَّيْتَهُ
hayhâta Anta akramu min an tudhayyi‘a man/r rabbaytah
Tidak, Engkau terlalu mulia untuk mencampakkan orang yang Kau ayomi,
اَوْ تُبَعِّدَ مَنْ اَدْنَيْتَهُ اَوْتُشَرِّدَ مَنْ آوَيْتَهُ
aw tuba“ida man adnaytah(u) aw tusyarrida man âwaytah
atau menjauhkan orang yang Engkau dekatkan, atau menyisihkan
orang yang Engkau naungi,
اَوْتُسَلِّمَ اِلَى الْبَلآءِ مَنْ كَفَيْتَهُ وَرَحِمْتَهُ
aw tusallima ilal balâi man kafaytahu wa rahimtah
atau menjatuhkan pada bencana orang yang Enkau cukupi dan Engkau sayangi
وَلَيْتَ شِعْرِي يَاسَيِّدِي وَاِلَهِي وَمَوْلاَيَ
اَتُسَلِّطُ النَّارَ عَلَى وُجُوْهٍ خَرَّتْ لِعَظَمَتِكَ سَاجِدَةً
wa layta syi‘rî yâ Sayyidî wa Ilâhî wa Mawlâya
atusallithun nâra ‘ala wujûhin kharrat li‘azhamatika sâjidah
Aduhai diriku!
Junjunganku, Tuhanku, Pelindungku!
Apatah Engkau akan melemparkan ke neraka
wajah-wajah yang tunduk rebah karena kebesaran-Mu,
وَعَلَى اَلْسُنٍ نَطَقَتْ بِتَوْحِيْدِكَ صَادِقَةً
wa ‘ala alsunin nathaqat bitawhîdika shâdiqah
lidah-lidah yang dengan tulus mengucapkan keesaan-Mu
وَبِشُكْرِكَ مَادِحَةً
wa bisyukrika mâdihah
dan dengan pujian mensyukuri nikmat-Mu,
وَعَلَى قُلُوْبٍ اعْتَرَفَتْ بِإِلَهِيَّتِكَ مُحَقِّقَةً
wa ‘alâ qulûbini‘tarafat bi-ilâhiyyatika muhaqqiqah
kalbu-kalbu yang dengan sepenuh hati mengakui
uluhiyah-Mu.
وَعَلَى ضَمَآِئرَ حَوَتْ مِنَ الْعِلْمِ بِكَ حَتَّى صَارَتْ خَاشِعَةً
wa ‘ala dhamâira hawat minal ‘ilmi bika hattâ shârat khâsyi‘ah
hati nurani yang dipenuhi ilmu tentang Engkau
sehingga bergetar ketakutan
وَعَلَى جَوَارِحَ سَعَتْ اِلَى اَوْطَانِ تَعَبُّدِكَ طَائِعَةً
wa ‘alâ jawâriha sa‘at ilâ awthâni ta‘abbudi thâi‘ah
tubuh-tubuh yang telah biasa tunduk untuk mengabdi-Mu
وَاَشَارَتْ بِاسْتِغْفَارِكَ مُذْعِنَةً
wa asyârat bistighfârika mudz‘inah
dan dengan merendah memohon ampunan-Mu
مَاهَكَذَا الظَّنُّ بِكَ
mâ hâkadzazh zhannu bik
Tidak sedemikian itu persangkaan kami tentang-Mu
وَلاَاُخْبِرْنَا بِفَضْلِكَ عَنْكَ
walâ ukhbirnâ bifadhlika ‘anka
padahal telah diberitakan kepada kami tentang
keutamaan-Mu
يَاكـَرِيْمُ يَارَبِّ
Yâ Kârîmu yâ Rabb
Wahai Pemberi karunia, wahai Pemelihara!
وَاَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفِي عَنْ قَلِيْلٍ مِنْ بَلآءِ الدُّنْيَا وَعُقُوْبَتِهَا
wa Anta ta‘lamu dha‘fî ‘an qalîlin/m min balâid dun-ya wa ‘uqûbâtihâ
Engkau mengetahui kelemahanku
dalam menanggung sedikit dari bencana dan siksa dunia
وَمَايَجْرِي فِيْهَا مِنَ الْمَكَارِهِ عَلَى اَهْلِهَا
wa mâ yajrî fîhâ minal makârihi ‘alâ ahlihâ
serta kejelekan yang menimpa penghuninya;
عَلَى اَنَّ ذَلِكَ بَلآءٌ وَمَكْرُوْهٌ قَلِيْلٌ مَكْثُهُ
‘alâ anna dzâlika balâun/w wa makrûhun qalîlum maktsuh
Padahal semua (bencana dan kejelekan) itu
يَسِيْرٌ بَقَآئُهُ قَصِيْرٌ مُدَّتُهُ
yasîrun/m baqâuh, qashîrun/m muddatuh
singkat masanya, sebentar lalunya, dan pendek usianya.
فَكَيْفَ احْتِمَالِي لِبَلآءِ اْلأخِرَةِ
fakayfahtimâlî libalâil âkhirah
Maka apatah mungkin aku sanggup menanggung bencana akhirat
وَجَلِيْلِ وُقُوْعِ الْمَكَارِهِ فِيْهَا
wa jalîlil wuqû‘il makârihi fîhâ
dan kejelekan hari akhir yang besar,
وَهُوَ بَلآءٌ تَطُوْلُ مُدَّتُهُ وَيَدُوْمُ مَقَامُهُ
wa huwa balâun tathûlu muddatuh, wa yadûmu maqâmuh
bencana yang panjang masanya dan kekal menetapnya
وَلاَيُخَفَّفُ عَنْ اَهْلِهِ لأَنَّهُ لاَيَكُوْنُ اِلاَّ عَنْ غَضَبِكَ وَانْتِقَامِكَ وَسَخَطِكَ
wala yukhaffafu ‘an ahlihi liannahu lâ yakûnu illâ ‘an ghadhabik
wantiqâmika wa sakhathik
serta tidak diringankan bagi orang yang menanggungnya; sebab semuanya tidak terjadi kecuali karena murka-Mu, karena balasan dan amarah-Mu.
وَهَذَا مَالاَتَقُوْمُ لَهُ السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ
wa hâdzâ mâ taqûmu lahus samâwatu wal ardh
Inilah, yang bumi dan langit pun tak sanggup memikulnya
يَاسَيِّدِيْ فَكَيْفَ لِي
وَاَنَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ الذَّلِيْلُ الْحَقِيْرُ الْمِسْكِيْنُ الْمُسْتَكِيْنُ
Ya Sayyidî fakayfa lî
wa ana ‘abdukadh dha‘îfudz dzalîlul, al-haqîrul miskînul mustakîn
Wahai Junjunganku,
bagaimana mungkin aku (menanggungnya)?
Padahal aku hamba-Mu yang lemah, rendah, hina,
malang, dan papa.
يَااِلَهِي وَرَبِّ وَسَيِّدِي وَمَوْلاَيَ
Ya Ilâhî wa Rabbi wa Sayyidî wa Mawlâya
Ya Ilahi, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku!
لأَيِّ اْلأُمُوْرِ اِلَيْكَ اَشْكُوا
liayyil umûri ilayka asykû
Urusan apa lagi kiranya yang akan aku adukan pada-Mu?
وَلِمَا مِنْهَا اَضِجُّ وَاَبْكِي لأَلِيْمِ الْعَذَابِ وَشِدَّتِهِ
wa limâ minhâ adhijju wa abkî lialîmil adzâbi wa syiddatih
Mestikah aku menagis menjerit? karena kepedihan dan beratnya siksaan?
اَمْ لِطُوْلِ الْبَلآءِ وَمُدَّتِهِ
am lithûlil balâi wa muddatih
atau karena lamanya cobaan?
فَلَئِنْ صَيَّرْتَنِي لِلْعُقُوْبَاتِ مَعَ اَعْدَآئِكَ
falain shayyartanî lil‘uqûbâti ma‘a a‘dâik
Sekiranya Engkau siksa aku beserta nusuh-musuh-Mu
وَجَمَعْتَ بَيْنِي وَبَيْنَ اَهْلِ بَلآئِكَ
wa jama‘ta baynî wa bayna ahli balâik
dan Engkau himpunkan aku bersama penerima bencana-Mu
وَفَرَّقْتَ بَيْنِي وَبَيْنَ اَحِبَّآئِكَ وَاَوْلِيَآئِكَ
wa farraqta baynî wa bayna ahli ahibbâika wa awliyâik
dan Engkau ceraikan aku dari para kekasih-Mu dan kecintaan-Mu
فَهَبْنِي يَااِلَهِي وَسَيِّدِي وَمَوْلاَيَ وَرَبِّ
fahabnî ya Ilâhî wa Sayyidî wa Mawlâya wa Rabbî
Oh … seandainya aku,
Ya Ilahi, Junjunganku, Pelindungku, Tuhanku!
صَبَرْتَ عَلَى عَذَابِكَ فَكَيْفَ اَصْبِرُ عَلَى فِرَاقِكَ
shabartu ‘ala ‘a dzâbik
fakayfa ashbiru ‘alâ firâqik
Sekiranya aku dapat bersabar menanggung siksa-Mu,
mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dengan-Mu?
وَهَبْنِي صَبَرْتُ عَلَى حَرِّ نَارِكَ
wa habnî shabartu ‘ala harri nârik
Dan sekiranya aku mampu bersabar menahan
panas api-Mu?
فَكَيْفَ اَصْبِرُ عَنِ النَّظَرِ اِلَى كَرَامَتِكَ
fakayfa ashbiru ‘anin nazhari ilâ karâmatik
mana mungkin aku bersabar tidak melihat kemuliaan-Mu?
اَمْ كَيْفَ اَسْكُنُ فِي النَّارِ وَرَجَآئِي عَفْوُكَ
am kayfa askunu fin nâri wa rajâî ‘afwuk
Mana mungkin aku tinggal di neraka-Mu,
padahal harapanku hanya maaf-Mu!
فَبِعِزَّتِكَ يَاسَيِّدِي وَمَوْلاَيَ
fabi‘izzatika ya Sayyidî wa Mawlâya
Demi kemuliaan-Mu, wahai Junjunganku dan Pelindungku!
اُقْسِمُ صَادِقًا لَئِنْ تَرَكْتَنِي نَاطِقًا
uqsimu shâdiqâlain taraktanî nâthiqâ
Aku bersumpah dengan tulus;
Sekiranya Engkau biarkan aku berbicara di sana
لأَضِجَّنَّ اِلَيْكَ بَيْنَ اَهْلِهَا ضَجِيْجَ اْلأَمِلِيْنَ
la-adhijjanna ilayka bayna ahlihâ dhajîjal amilîn
di tengah penghuninya, aku akan menangis
tangisan mereka yang menyimpan harapan
وَلأَصْرُخَنَّ اِلَيْكَ صُرَاخَ الْمُسْتَصْرِخِيْنَ
wa la-ashrukhanna ilayka shurâkhal mustashrikhîn
Aku akan menjerit
jeritan mereka yang memohon pertolongan
وَلأَبْكِيَنَّ عَلَيْكَ بُكَاءَ الْفَاقِدِيْنَ
wa la-abkiyanna ‘alayka bukâal fâqidîn
Aku akan merintih – rintihan mereka yang kekurangan
وَلأُنَادِيَنَّكَ اَيْنَ كُنْتَ يَاوَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ
wa launâdiyannaka ayna kunta yâ Waliyyal mu’minin
Sungguh, aku akan menyeru-Mu,
di mana pun Engkau berada,
Wahai Pelindung kaum mukminin,
يَاغَايَةَ آمَالِ الْعَارِفِيْنَ
yâ Ghâyata âmâlil ‘ârifîn
wahai tujuan harapan kaum arifin,
يَاغِيَاثَ الْمُسْـتَغِيْثِيْنَ
ya Ghiyâtsal mustaghîtsîn
wahai lindungan kaum yang memohon perlindungan,
يَاحَبِيْبَ قُلُوْبِ الصَّادِقِيْنَ
ya Habîba qulûbish shâdiqîn
wahai kekasih kalbu para pecinta kebenaran
وَيَااِلَهَ الْعَالَمِيْنَ
wa yâ Ilâhal ‘âlamîn
wahai Tuhan seru sekalian alam
اَفَتُرَاكَ سُبْحَانَكَ يَااِلَهِي وَبِحَمْدِكَ
afaturâka subhânaka yâ Ilâhî wa bihamdik
Mahasuci Engkau, Ilahi, dengan segala puji-Mu!
تَسْمَعُ فِيْهَا صَوْتَ عَبْدٍ مُسْلِمٍ سُجِنَ فِيْهَا بِمُخَالَفَتِهِ
tasma‘u fîhâ shawta ‘abdin/m muslimin sujina fîhâ bimukhâlafatih
Akankah Engkau dengar di sana suara hamba muslim,
yang terpenjara dengan keingkarannya,
وَذَاقَ طَعْمَ عَذَابِهَا بِمَعْصِيَتِهِ
wa dzâqa tha‘ma ‘adzâbihâ bima‘shiyatih
yang merasakan siksanya karena kedurhakaannya
وَحُبِسَ بَيْنَ اَطْبَاقِهَا بِجُرْمِهِ وَجَرِيْرَتِهِ
wa hubisa bayna athbâqihâ bijurmihi wa jarîratih
yang terperosok ke dalamnya karena dosa dan nistanya;
وَهُوَ يَضِجُّ اِلَيْكَ ضَجِيْجَ مُؤَمِّلٍ لِرَحْمَتِكَ
wa huwa yadhijju ilayka dhajîja muammilin lirahmatik
ia merintih pada-Mu dengan mendambakan rahmat-Mu,
وَيُنَادِيْكَ بِلِسَانِ اَهْلِ تَوْحِيْدِكَ
wa yunâdîka bilisâni ahli tawhîdik
ia menyeru-Mu dengan lidah ahli tauhid-Mu,
وَيَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِرُبُوْبِيَّتِكَ
wa yatawassalu ilayka birubûbiyyatik
ia bertawasul pada-Mu dengan rububiyah-Mu,
يَامَوْلاَيَ فَكَيْفَ يَبْقَى فِي الْعَذَابِ
Yâ Mawlâya fakayfa yabqâ fil ‘adzâb
Wahai Pelindungku!
Bagaimana mungkin ia kekal dalam siksa,
وَهُوَ يَرْجُو مَاسَلَفَ مِنْ حِلْمِكَ
wa huwa yarjû ma salafa min hilmik
padahal ia berharap pada kebaikan-Mu yang terdahulu.
اَمْ كَيْفَ تُؤْلِمُهُ النَّارُ وَهُوَ يَأْمُلُ فَضْلَكَ وَرَحْمَتَكَ
am kayfa tu’limuhun nâr wa huwa ya’mu’mulu fadhlaka wa rahmatak
Mana mungkin neraka menyiksanya
padahal ia mendambakan karunia dan kasih-Mu.
اَمْ كَيْفَ يُحْرِقُهُ لَهِيْبُهَا وَاَنْتَ تَسْمَعُ صَوْتَهُ
وَتَرَى مَكَانَهُ
am kayfa yuhriquhu lahîbuhâ wa Anta tasma`u shawtahu watara makanah
Mana mungkin nyalanya membakarnya,
padahal Engkau dengar suaranya
dan Engkau lihat tempatnya.
اَمْ كَيْفَ يَشْتَمِلُ عَلَيْهِ زَفِيْرُهَا وَاَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفَهُ
am kayfa yasytamilu ‘alayhi zafîruhâ
wa Anta ta‘lamu dha‘fah
Mana mungkin jilatan apinya mengurungnya,
padahal Engkau mengetahui kelemahannya.
اَمْ كَيْفَ يَتَقَلَقَلُ بَيْنَ اَطْبَاقِهَا وَاَنْتَ تَعْلَمُ صِدْ قَهُ
am kayfa yataqalqalu bayna athbâqihâ
wa Anta ta‘lamu shidqah
Mana mungkin ia jatuh bangun di dalamnya,
padahal Engkau mengetahui ketulusannya.
اَمْ كَيْفَ تَزْجُرُهُ زَبَانِيَتُهَا وَهُوَ يُنَادِيْكَ يَارَبَّهُ
am kayfa tazjuruhu zabâniyyatuhâ
wa huwa yunâdîka yâ Rabbah
Mana mungkin Zabaniyah menghempaskannya,
padahal ia memanggil-manggil-Mu: Ya Rabbi!
اَمْ كَيْفَ يَرْجُو فَضْلَكَ فِي عِثْقِهِ مِنْهَا فَتَتْرُكُهُ فِيْهَا
am kayfa yarjû fadhlaka fî ‘itqihi minhâ
fatatrukuhu fîhâ
Mana mungkin ia mengharapkan karunia kebebasan daripadanya, lalu Engkau meninggalkannya di sana.
هَيْهَاتَ مَاذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ
hayhâta mâ dzâlikazh zhannu bik
Tidak, tidak demikian itu sangkaku pada-Mu.
وَلاَالْمَعْرُوْفُ مِنْ فَضْلِكَ
walal ma‘rûfu min fadhlik
tidaklah demikian yang makruf tentang karunia-Mu
وَلاَمُشْبِهٌ لِمَاعَامَلْتَ بِهِ الْمُوَحِّدِيْنَ
walâ musybihun limâ ‘âmalta bihil muwahhidîn
Tidak mungkin seperti itu perlakuan-Mu
terhadap kaum beriman,
مِنْ بِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ
min birrika wa ihsânik
melainkan kebaikan dan karunialah yang Engkau berikan.
فَبِالْيَقِيْنِ اَقْطَعُ لَوْ لاَ مَاحَكَمْتَ بِهِ مِنْ تَعْذِيْبِ جَاحِدِيْك
fabil yaqîni aqtha‘u law lâ mâ hakamta bih(i)
min ta‘dzîbi jâhidîk
Dengan yakin aku berani berkata, kalaulah bukan
karena keputusan-Mu untuk menyiksa
orang yang mengingkari-Mu
وَقَضَيْتَ بِهِ مِنْ اِخْلاَدِ مُعَانِدِيْكَ
wa qadhayta bihi min ikhlâdi mu‘ânidîk
dan putusan-Mu untuk mengekalkan di sana
orang-orang yang melawan-Mu,
لَجَعَلْتَ النَّارَكُلَّهَا بَرْدًاوَسَلاَمًا
laja-altan nâra kullahâ bardaw wa salâmâ
tentu Engkau jadikan api seluruhnya sejuk dan damai,
وَمَاكَانَ  لأَحَدٍ فِيْهَا مُقَرًّا وَلاَمُقَامًا
wa mâ kâna liahadin fîhâ maqarraw walâ muqâmâ
tidak akan ada lagi di situ tempat tinggal
dan menetap bagi siapa pun
لَكِنَّكَ تَقَدَّسَتْ اَسْمَآؤُكَ
lâkinnaka taqaddasat asmâuk
Tetapi, mahakudus nama-nama-Mu.
اَقْسَمْتَ اَنْ تَمْلأَهَا مِنَ الْكَافِرِيْنَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
aqsamta an tamla-ahâ minal kâfirîn
minal jinnati wan nâsi ajma‘în
Engkau telah bersumpah
untuk memenuhi neraka dengan orang-orang kafir
dari golongan jin dan manusia seluruhnya
وَاَنْ تُخَلِّدَ فِيْهَا الْمُعَانِدِيْنَ
wa an tukhallida fîhâl mu‘ânidîn
Engkau  akan mengekalkan di sana kaum durhaka
وَاَنْتَ جَلَّ ثَنَآؤُكَ قُلْتَ مُبْتَدِئًا وَتَطَوَّلْتَ بِالإِنْعَامِ مُتَكَرِّمًا
wa Anta jalla tsanâuka qulta mubtadiâ wa tathawwalta bil-in‘âmi mutakarrimâ
Engkau dengan segala kemulian puji-Mu!
Engkau telah berkata, setelah menyebutkan nikmat yang Engkau berikan
اَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لاَيَسْتَوُوْنَ
afaman kâna mu’minan kaman kâna fâsiql lâ yastawûn
“Apakah orang mukmin seperti orang kafir,
sungguh tidak sama mereka itu.”
اِلَهِي وَسَيِّدِي فَأَسْئَلُكَ بِالْقُدْرَةِ الَّتِي قَدَّرْتَهَا
Ilâhî wa Sayyidî
fa-as-aluka bilqudratil latî qaddartahâ
Ilahi, Junjunganku!
Aku memohon pada-Mu
dengan kodrat yang telah Engkau tentukan,
وَبِالْقَضِيَّةِ الَّتِي حَتَمْتَهَا وَحَكَمْتَهَا
wa bilqadhiyyatil latî hatamtahâ wa hakamtahâ
dengan qadha yang telah Engkau tetapkan dan putuskan,
وَغَلَبْتَ مَنْ عَلَيْهِ اَجْرَيْتَهَا
wa ghalabta man ‘alayhi ajraytahâ
dan yang telah Engkau tentukan berlaku
pada orang yang dikenai;
اَنْ تَهَبَ لِي فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَفِي هَذِهِ السَّاعَةِ
an tahabalî fî hâdzil laylah wa fî hâdzihis sâ‘ah
Ampunilah bagiku, di malam ini, di saat ini,
كُلَّ جُرْمٍ اَجْرَمْتُهُ وَكُلَّ ذَنْبٍ اَذْنَبْتُهُ
kulla jurmin ajramtuh wa kulla dzanbin adznabtuh
semua nista yang pernah aku kerjakan, semua dosa yang pernah aku lakukan,
وَكُلَّ قَبِيْحٍ اَسْرَرْتُهُ وَكُلَّ جَهْلٍ عَمِلْتُهُ
wa kulla qabîhin asrartuh wa kulla jahlin ‘amiltuh
semua kejelekan yang pernah aku rahasiakan, semua kedunguan
yang pernah aku amalkan,
كَتَمْتُهُ اَوْ اَعْلَنْتُهُ اَخْفَيْتُهُ اَوْ اَظْهَرْتُهُ
katamtuhu aw a‘lantuh akhfaytuhu aw azhhartuh
yang aku sembunyikan atau tampakkan, yang aku tutupi atau tampakkan.
وَكُلَّ سَيِّئَةٍ اَمَرْتَ بِإِثْبَاتِهَا الْكِرَامَ الْكَاتِبِيْنَ
wa kulla sayyiatin amarta bi-itsbatihal kirâmal kâtibîn
Ampuni semua keburukan, yang telah Engkau perintahkan
malaikat yang mulia mencatatnya
اَلَّذِيْنَ وَكَّلْتَهُمْ بِحِفْظِ مَايَكُوْنُ مِنِّي
alladzîna wakkaltahu bihifzhi mâ yakûnu minnî
Mereka yang Engkau tugaskan untuk merekan
segala yang ada padaku;
وَجَعَلْتَهُمْ شُهُوْدًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِي
wa ja‘altahum syuhûdan ‘alayya ma‘a jawârihî
mereka yang Engkau jadikan saksi-saksi bersama seluruh anggota badanku;
وَكُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيَّ مِنْ وَرَآئِهِمْ
wa kunta Antar raqîba ‘alayya miw warâihim
Dan Engkau sendiri mengawal di belakang mereka,
وَالشَّاهِدَ لِمَا خَفِيَ عَنْهُمْ
wasy syâhida limâ khafiya ‘anhum
menyaksikan apa yang tersembunyi pada mereka.
وَبِرَحْمَتِكَ اَخْفَيْتَهُ وَبِفَضْلِكَ سَتَرْتَهُ
wa birahmatika akhfaytah wa bifadhlika satartah
Dengan rahmat-Mu, Engkau sembunyikan kejelekan itu;
Dengan karunia-Mu, Engkau menutupinya.
وَاَنْ تُوَفِّرَ حَظِّي مِنْ كُلِّ خَيْرٍ اَنْزَلْتَهُ
wa an tuwaffira hazhzhî min kulli khayrin anzaltah
Perbanyaklah bagianku pada setiap kebaikan yang Engkau turunkan
اَوْ اِحْسَانٍ فَضَّلْتَهُ اَوْ بِرٍّ نَشَرْتَهُ اَوْ رِزْقٍ بَسَطْتَهُ
aw ihsânin fadhdhaltah aw birrin nasyartah aw rizqin basathtah
atau setiap karunia yang Engkau limpahkan
atau setiap keberuntungan yang Engkau sebarkan
atau rizki yang Engkau curahkan
اَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ اَوْ خَطَإٍ تَسْتُرُهُ
aw dzanbin taghfiruh aw khathain tasturuh
atau dosa yang Engkau ampunkan
atau kesalahan yang Engkau sembunyikan
يَارَبِّ يَارَبِّ يَارَبِّ
Ya Rabbi ya Rabbi ya Rabbi
Y Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi!
يَااِلَهِي وَسَيِّدِي وَمَوْلاَيَ وَمَالِكَ رِقِّي
Ya Ilâhî wa Sayyidî wa Mawlâya wa Mâlika riqqî
Ya Ilahi, Junjunganku, Pelindungku, Pemilik nyawaku!
يَامَنْ بِيَدِهِ نَاصِيَتِي يَاعَلِيْمًابِضُرِّي وَمَسْكَنَتِي
ya Man biyadihi nâshiyatî
ya ‘Alîman/m bidhurrî wa maskanatî
Wahai Zat yang di tangan-Nya ubun-ubunku!
Wahai yang mengetahui kesengsaraan dan kemalanganku!
يَاخَبِيْرًابِفَقْـرِي وَفَاقَتِي
ya Khabîran/m bifaqrî
Wahai yang mengetahui kefakiran dan kepapaanku!
يَارَبِّ يَارَبِّ يَارَبِّ
Yâ Rabbi yâ Rabbi yâ Rabbi
Ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi!
اَسْئَلُكَ بِحَقِّكَ وَقُدْسِكَ
as-aluka bihaqqika wa qudsik
Aku memohon pada-Mu dengan kebenaran
dan kesucian-Mu
وَاَعْظَمِ صِفَاتِكَ وَاَسْمَآئِكَ
wa a‘zhami shifâtika wa asmâik(a)
dengan keagungan sifat dan asma-Mu!
اَنْ تَجْعَلَ اَوْقَاتِيْ مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِبِذِكْرِكَ مَعْمُوْرَةً
an taj‘ala awqâtî minal layli wan nahâri bidzikrika ma‘mûrah
Jadikan waktu-waktu malam dan siangku
dipenuhi dengan zikir pada-Mu
وَبِخِدْمَتِكَ مَوْصُوْلَةً وَاَعْمَالِي عِنْدَكَ مَقْبُوْلَةً
wa bikhidmatika mawshûlah
wa a‘mâlî ‘indaka maqbûlah
dihubungkan dengan kenaktian pada-Mu
diterima amalku di sisi-Mu,
حَتَّي تَكُوْنَ اَعْمَالِي وَاَوْرَادِيْ كُلَّهَا وِرْدًا وَاحِدًا
hattâ takûna a‘mâlî wa awrâdî kulluhâ
wirdan/w wâhidâ
sehingga jadilah amal dan wiridku seluruhnya
wirid yang satu,
وَحَالِي فِي خِدْمَتِكَ سَرْمَدًا
wa hâlî fî khidmatika sarmadâ
dan kekalkanlah selalu keadaanku dalam berbakti pada-Mu
يَاسَيِّدِي يَامَنْ عَلَيْهِ مُعَوَّلِي
ya Sayyidî ya Man ‘alayhi mu‘awwâlî
Wahai Junjunganku, wahai Zat yang kepada-Nya
aku percayakan diriku!
يَامَنْ اِلَيْهِ شَكَوْتُ اَحْوَالِي
ya Man ilayhi syakawtu ahwâlî
wahai Zat yang kepada-Nya
aku adukan keadaanku!
يَارَبِّ يَارَبِّ يَارَبِّ
Yâ Rabbi yâ Rabbi yâ Rabbi
Ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi!
قَوِّ عَلَى خِدْمَتِكَ جَوَارِحِي
qawwi ‘alâ khidmatika jawârihî
Kokohkan anggota badanku untuk berbakti pada-Mu.
وَاشْدُدْ عَلَى الْعَزِيْمَةِ جَوَانِحِي
wasydud ‘alal ‘azîmati jawânihî
Teguhkan tulang-tulangku untuk melaksanakan niatku.
وَهَبْ لِيَ الْجِدَّ فِي خَشْيَتِكَ
wa hab liyal jidda fî khasyyatik
Karuniakan padaku kesungguhan untuk bertakwa
pada-Mu,
وَالدَّوَامَ فِي اْلإِتِّصَالِ بِخِدْمَتِكَ
wad dawâma fil ittishâli bikhidmatika
kebiasaan untuk meneruskan bakti pada-Mu,
حَتَّى اَسْرَحَ اِلَيْكَ فِي مَيَادِيْنِ السَّابِقِيْنَ
hattâ asraha ilayka fî mayâdînis sâbiqîn
sehingga aku bergegas menuju-Mu bersama para penghulu
وَاُسْرِعَ اِلَيْكَ فِي الْبَارِزِيْنَ
wa usri‘a ilayka fil bârizîn
dan berlari ke arah-Mu bersama orang-orang terkemuka,
وَاَشْتَاقَ اِلَى قُرْبِكَ فِي الْمُشْتَاقِيْنَ
wa asytâqa ilâ qurbika fil musytâqîn
merindukan dekat pada-Mu bersama yang merindukan-Mu.
وَاَدْنُوَ مِنْكَ دُنُوَّ الْمُخْلِصِيْنَ
wa adnuwa minka dunuwwal mukhlishîn
Jadikan daku dekat pada-Mu – dekatnya orang-orang yang ikhlas,
وَاَخَافَكَ مَخَافَةَ الْمُوْقِنِيْنَ
wa akhâfaka makhâfatal mûqinîn
dan takut pada-Mu – takutnya orang-orang yang yakin.
وَاَجْتَمِعَ فِي جِوَارِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَ
wa ajtami‘a fî jiwârika ma‘al mu’minin
Sekarang aku berkumpul di hadirat-Mu bersama kaum mukminin.
اَللَّهُمَّ وَمَنْ اَرَادَنِي بِسُوْءٍ فَأَرِدْهُ وَمَنْ كَادَنِي فَكِدُْهُ
Allâhumma wa man arâdanî bisûin fa-arid-hu
wa man kâdanî fakid-hu
Ya Allah!
Siapa saja yang bermaksud buruk padaku, tahanlah dia,
siapa saja yang memperdayaku, gagalkan dia.
وَاجْعَلْنِي مِنْ اَحْسَنِ عَبِيْدِكَ نَصِيْبًا عِنْدَكَ
waj‘alnî min ahsani ‘abîdika nashîban ‘indak(a)
Jadikan aku hamba-Mu yang paling baik nasibnya
di sisi-Mu,
وَاَقْرَبِهِمْ مَنْزِلَةً مِنْكَ
wa aqrabihim manzilatam minka
yang paling dekat kedudukannya dengan-Mu,
وَاَخَصِّهِمْ زُلْفَةً لَدَيْكَ
wa akhashshihim zulfatan/l ladayk(a)
yang paling istimewa tempatnya di dekat-Mu.
فَإِنَّهُ لاَيُنَالُ ذَلِكَ اِلاَّ بِفَضْلِكَ
fainnahu lâ yanâlu dzâlika illâ bifadhlik(a)
Sungguh, semua ini tidak akan tercapai,
kecuali dengan karunia-Mu.
وَجُدْلِي بِجُوْدِكَ  وَاعْطِفْ عَلَيَّ بِمَجْدِكَ
wa judlî bijûdik(a) wa‘thif ‘alayya bimajdik(a)
Limpahkan padaku kemurahan-Mu
Sayangi aku dengan kebaikan-Mu
وَاحْفَظْنِي بِرَحْمَتِكَ
wahfazhnî birahmatik(a)
Jaga diriku dengan rahmat-Mu
وَاجْعَلْ لِسَانِي بِذِكْرِكَ لَهِجًا وَقَلْبِي بِحُبِّكَ مُتَيَّمًا
waj‘al lisânî bidzikrika lahijâ
wa qalbî bihubbika mutayyamâ
Gerakkan lidahku untuk selalu berzikir pada-Mu
Penuhi hatiku supaya selalu mencintai-Mu
وَمُنَّ عَلَيَّ بِحُسْنِ اِجَابَتِك
wa munna ‘alayya bihusni ijâbatik(a)
Berikan padaku yang terbaik dari ijabah-Mu
وَاَقِلْنِي عَثْرَتِي وَاغْفِرْ زَلَّتِي
wa aqilnî ‘atsratî waghfir zallatî
Hapuslah bekas kejatuhanku
Ampuni ketergelinciranku
فَإِنَّكَ قَضَيْتَ عَلَى عِبَادِكَ بِعِبَادَتِكَ
fainnaka qadhayta ‘alâ ‘ibâdika bi‘ibâdatik(a)
Sungguh, telah Engkau wajibkan hamba-hamba-Mu beribadah pada-Mu,
وَاَمَرْتَهُمْ بِدُعَآئِكَ وَضَمِنْتَ لَهُمُ اْلإِجَابَةَ
wa amartahum bidu‘âik(a) wa dhaminta
lahumul ijâbah
Engkau perintahkan mereka untuk berdoa pada-Mu
Engkau jaminkan pada mereka ijabah-Mu
فَإِلَيْكَ يَارَبِّ نَصَبْتُ وَجْهِي
failayka yâ Rabbi nashabta wajhî
Karena itu, kepada-Mu, ya Rabbi,
aku hadapkan wajahku
وَاِلَيْكَ يَارَبِّ مَدَدْتُ يَدِيْ
wa ilayka yâ Rabbi madadtu yadî
kepada-Mu, ya Rabbi, aku ulurkan tanganku
فَبِعِزَّتِكَ اسْتَجِبْ لِي دُعَآئِي وَبَلِّغْنِي مُنَايَ
fabi‘izzatikastajiblî du‘âî wa ballighnî munây(a)
Demi kebesaran-Mu, perkenankan doaku,
sampaikan daku pada cita-citaku
وَلاَتَقْطَعْ مِنْ فَضْلِكَ رَجَآئِيْ
walâ taqtha‘min fadhlika rajâî
Jangan putuskan harapanku akan karunia-Mu
وَاكْفِنِي شَرَّ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ مِنْ اَعْدَآئِيْ
wakfinî syarral jinni wal insi min a‘dâî
Lindungi aku dari kejahatan jin dan manusia musuh-musuhku.
يَاسَرِيْعَ الرِّضَا
Yâ Sarî‘ar ridhâ
Wahai Yang Mahacepat ridha-Nya!
اِغْفِرْ لِمَنْ لاَيَمْلِكُ اِلاَّ الدُّعَآءُ.
ighfir liman lâ yamliku illad du‘â
Ampunilah orang yang tidak memiliki apa pun kecuali doa,
فَإِنَّكَ فَعَّالٌ لِمَاتَشَآءُ
fainnaka fa“âlun/l limâ tasyâ’
karena Engkau perbuat apa kehendak-Mu
يَامَنِ اسْمُهُ دَوَآءٌ وَذِكْرُهُ شِفَآءٌ وَطَاعَتُهُ غِنَى
yâ Manismuhu dawâ’ wa dzikruhu syifâ’ wa thâ‘atuhu ghinâ
Wahai Yang nama-Nya adalah obat
Yang zikir-Nya adalah penyembuhan
Yang ketaatan-Nya adalah kekayaan!
اِرْحَمْ مَنْ رَأْسُ مَالِهِ الرَّجَآءُ وَسِلاَحُهُ الْبُكَاءُ
irham man ra’su mâlihir rajâ’ wa silâhuhul bukâ’
Kasihanilah orang yang hartanya hanya harapan
dan senjatanya hanya tangisan
يَاسَابِغَ النِّعَمِ يَادَافِعَ النِّقَمِ
yâ Sâbighan ni‘am(i) yâ Dâfi‘an niqâm(i)
Wahai Penabur karunia!
Wahai Penolak bencana!
يَانُوْرَ الْمُشْتَوْحِشِيْنَ فِي الظُّلَمِ  يَاعَالِمًا لاَيُعَلَّمُ
yâ Nûral musytawhisyîna fizh zhulam(i)
Yâ ‘Aliman la yu‘allam(u)
Wahai Nur yang menerangi mereka yang terhempas
dalam kegelapan!
Wahai Yang Mahatahu tanpa diberitahu!
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَافْعَلْ بِي مَااَنْتَ اَهْلُهُ
shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad
waf‘al bî mâ Anta ahluh(u)
Sampaikan shalawat kepada Muhammad
dan keluarga Muhammad
Lakukan padaku apa yang layak bagi-Mu
وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَاْلأَئِمَّةِ الْمَيَامِيْنَ مِنْ آلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا.
wa shallallâhu ‘alâ rasûlihi  wal aimmatil mayâmîna min âlihi
wa sallama taslîman katsîrâ
Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan
kepada Rasul-Nya serta para imam yang mulia dari keluarganya; sampaikan salam kepada mereka.
 
Panjang yaa.. hehe.. Tapi tiap kali baca doa ini aku merasa lebih dekat padaNya, tak jarang juga aku meneteskan air mata. Ingat dosa-dosa yang telah aku lakukan di hidupku yang sebentar ini.. Semoga kita selalu dekat denganNya :)