Wednesday, July 03, 2013

A Precious Lesson from Pak Setya

Hari Minggu, 30 Juni 2013 aku menjadi panitia acara Festival ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang diselenggarakan oleh Swayanaka Indonesia cabang Surabaya di Surabaya Town Square (Sutos). Sebenarnya peranku tidak seberapa banyak disini, aku hanya membantu temanku dan menjadi LO salah satu pembicara talkshow acara tersebut. Tapi aku sungguh beruntung bisa mengenal beliau. Beliau adalah Pak Setya, programmer advokasi ABK dari Jogja, seorang tuna netra juga. Sebenarnya ini pengalaman pertamaku menjadi seorang LO dan ternyata menyenangkan juga, mendampingi dan mengajak beliau mengobrol. Beliau didampingi oleh temannya yang berada di Surabaya, namanya Pak Pri. Beliau berdua berteman sejak SMA di Madiun. Dan aku pun bertanya apakah Pak Setya tuna netra sejak lahir atau tidak, ternyata tidak, beliau menjadi tuna netra akibat kecelakaan di depan RS William Booth beberapa tahun silam, saat beliau kuliah disini dan menjadi asisten apoteker. Hatiku miris mendengarkannya. Akibat kejadian beberapa detik itu bisa mengubah hidup seseorang selamanya. Aku penasaran, butuh waktu berapa lama beliau bisa menerima keadaan dari yang awalnya normal, akhirnya menjadi cacat, apalagi kehilangan salah satu indera yang sangat penting. Beliau butuh waktu dua tahun untuk menerima semuanya dan kembali bangkit. Beliau akhirnya kuliah lagi, tetapi di Jogja, karena di sana ada institusi pendidikan yang menerima orang yang luar biasa. Dan akhirnya bisa seperti sekarang, bahkan beliau terus melanjutkan studinya. Beliau juga aktif dalam advokasi ABK di Indonesia. Ohya, sebenarnya beliau bukan programmer, tetapi lebih ke konseptor advokasi ABK. Menurut beliau, masih banyak yang perlu diperjuangkan untuk hak-hak ABK agar sama seperti anak normal. Fasilitas umum yang ada di negara ini masih sangat minim untuk menunjang kemandirian ABK. Hanya ada beberapa tempat yang sudah menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga ABK tidak bisa mandiri, padahal mereka sangat ingin mandiri dan tidak ingin dikasihani, mereka hanya ingin dimengerti. Tidak seperti di negara maju yang fasilitas untuk ABK sangat memadai. Beliau juga yang mencetuskan atau menyosialisasikan kata "difabel" daripada kita menggunakan kata "cacat". Karena menurut beliau bahkan Tuhan pun dalam kitab agama apapun tidak menyebut kata cacat. Malah sebaliknya, manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Waaah, Pak Setya, aku jadi malu pada diriku sendiri yang sering mengeluh atau terkadang kurang bersemangat bila mengerjakan sesuatu. Mulai dari beliau bisa menerima keadaan sampai beliau bisa berbuat sesuatu yang berarti untuk orang lain, terutama ABK dan orang difabel lainnya. Pembicara talkshow lainnya juga tidak kalah hebat dan aku bersyukur berkesempatan belajar dari mereka.

Life..
Life has different meaning for each people
Some people want to be success, reach their own dream, with right or wrong way, it's their choice
Some people want to be worthwhile for others
Whatever it is, everyone has his/her own difficulties, that can make us stronger to face this life
And believe that Allah won't give us problems that beyond our ability to solve it.