Friday, March 21, 2014

About Me, in 22 Years Old

Hari Selasa kemarin, tanggal 18 Maret 2014, aku genap berusia 22 tahun. Cukup tua juga. Hehe.. Sebenarnya tidak ada yang spesial bagiku ketika ulang tahun tiba, malah semakin terasa semakin mendekati kematian yang masih misteri, tetapi pasti akan kita hadapi. Saat jiwa dan raga ini akan kembali ke Sang Pencipta. Mungkin hari ulang tahun juga bisa membuat kita berkontemplasi, merenung apa saja yang sudah kita lakukan selama ini, target-target yang sudah tercapai atau belum, apakah diri kita sudah lebih baik dari sebelumnya, apakah diri kita bermanfaat bagi sesama.
Saat-saat ini sedikit berat bagiku karena aku tidak pernah mengalaminya. Masalah hati, yang dulunya aku kira itu bukan masalah yang berat, tapi ternyata teramat berat bagiku. Bila sudah seperti ini, merasa resah dan gelisah, yang berusaha aku pikirkan adalah tujuanku diciptakan di dunia ini, yang telah dijelaskan oleh Allah di Al-Quran dan tentang nama yang diberikan padaku: Fariztah Sukainah Nur Fathimah. Fariztah, diambil dari bahasa Persia yaitu Fereshteh yang berarti "angel" dalam bahasa Inggris atau mungkin bisa kita sebut bidadari atau dewi, bukan malaikat. Satu-satunya orang yang tahu arti namaku ini tanpa aku harus memberitahunya adalah Mrs. Bina Kadaba, karena bahasa India ada kesamaan dengan bahasa Persia. Sukainah, diambil dari bahasa Arab yang berarti kedamaian. Nur, diambil dari bahasa Arab juga yang berarti cahaya. Fathimah, yang merupakan nama putri Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Al Khawarizmi dalam Maqtal al Hussain mengatakan, "Ali bin Abi Thalib berkata, 'Rasulullah bersabda, 'Putriku dinamai Fathimah karena Allah SWT melindunginya dari api (neraka).''"
Bila membandingkan arti namaku dengan apa yang sudah aku lakukan membuatku menangis. Rasanya aku masih belum bisa membuat diriku semulia nama yang diberikan kepadaku karena aku telah memilih takdir yang salah dulu. Kejadian yang membuatku sempat mengubah prinsip hidup yang aku pilih sebelumnya dan aku baru menyadari bahwa masalah itu merupakan ujian apakah benar aku bisa memegang prinsip itu. Bukankah masalah itu selalu ada selama kita hidup di dunia ini? Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an "Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? (QS 29:1). Masalah juga merupakan rahmat Allah yang belum kita tahu manfaatnya saat ini. Mungkin untuk naik kelas menjadi pribadi yang lebih baik lagi, diri kita harus ditempa dulu, belajar bagaimana sabar, ikhlas dan memasrahkan semuanya pada Allah, karena hanya Dia yang tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Bukankah semua yang terjadi itu karena kehendak Allah?
Mungkin juga saatnya aku belajar menenangkan dan mendamaikan hati, lebih banyak bersyukur juga, karena jauh lebih banyak orang yang mengalami masalah lebih berat dariku, yang notabene hanya masalah hati. Tergantung kita lebih memilih bahagia atau sedih dalam memandang kehidupan serta masalah yang menyertainya. Semakin hari, semakin cita-citaku terlihat nyata. Yang dulunya hanyalah impian masa kecil untuk menolong orang lain karena melihat betapa hebatnya dokter di TV maupun film, sekarang tiba kesempatan untuk belajar dan melakukannya langsung meskipun ada sedikit rasa takut di hati ini. Cukup terharu juga bila ulang tahun kali ini mendapat banyak doa untuk kebaikanku dan semoga doa itu juga kembali pada mereka.
Maka, di hari Jumat yang memiliki keistimewaan, keagungan dan keutamaan yang melebihi hari-hari lain ini, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim dan shalawat pada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad, aku memohon pada Allah agar mengampuni segala dosaku yang tidak sebanding dengan amalku, tetapi rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, mendamaikan hatiku, menjadikanku lebih sabar dan kuat menghadapi masalah ini, memasrahkan hati ini pada Sang Pencipta yang mengetahui yang terbaik bagiku. Amin..  

Wednesday, March 05, 2014

Fakta Mulia tentang Khadijah al Kubra, Istri Rasulullah SAW

Bila mendengar nama Khadijah al Kubra, apa yang ada di bayangan kita? Istri pertama Rasulullah SAW? Seorang wanita berusia 40 tahun saat menikah di Rasulullah? Janda? Kira-kira seperti itulah sejarah tentang Khadijah yang pernah kita dengar saat pelajaran agama di sekolah, maupun di pengajian. Aku memang tidak pernah mengikuti sekolah khusus tarbiyah atau apapun. Aku seperti orang awam biasa. Tetapi sempat muncul pertanyaan dalam pikiranku saat mendengar tentang kisah Khadijah. Apakah memang benar seperti itu saja, lalu apa istimewanya? Seharusnya Khadijah pasti memiliki sesuatu yang menakjubkan sehingga beliau ditakdirkan Allah mendampingi Rasulullah. Tulisan ini aku ringkas dari buku yang aku baca, yang berjudul "Cinta Abadi Nabi Muhammad SAW".
Khadijah adalah Muslimah pertama, yang paling awal tunduk pada Allah SWT. Kini, tak soal siapa yang menyusun daftar pemeluk Islam yang paling awal, namanya akan selalu berada di puncak itu. Tak ada "sejarawan" yang bisa mengubah fakta ini. Kehormatan menjadi Muslimah pertama adalah milik Khadijah, dan akan menjadi miliknya untuk selama-lamanya.
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik." Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah; Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri [kepada Allah]." (Q.S. al An'am: 161-163)
Setelah pertemuan pertamanya dengan Jibril, Nabi saw datang kepada Khadijah dengan gemetar dan gelisah. Khadijah melihat segalanya dengan padangan keimanan. "Bergembiralah dengan apa yang engkau bawa," serunya, "Demi Dia, yang jiwaku ada di tangan-Nya, kini aku memandangmu sebagai Nabi bangsa kami. Berbahagialah," tambahnya, "Allah tidak akan menjatuhkan kehinaan padamu. Bukankah engkau sayang kepada kerabatmu, baik pada para tetangga, murah pada kaum miskin, berbuat ramah kepada orang tak dikenal, jujur dalam perkataanmu, dan selalu membela kebenaran?"
Dua puluh lima tahun Nabi saw bersatu dalam ikatan pernikahan suci dengan Khadijah yang agung, wanita mulia. Yang menemaninya di saat beliau tidak memiliki kekayaan duniawi, yang mempercayainya di saat kemuliaan yang dibawanya kurang dikenal, yang mendorong dan memahaminya dalam perjuangan spiritualnya, yang meyakininya di kala ia menyeru serta bertahan dari berbagai fitnah, aniaya, cemoohan, ancaman, dan siksa. Serta seorang teman yang selalu menolong di sepanjang hayatnya hingga ia dihimpunkan bersama dengan para wali di usianya yang ke-55. Wanita paripurna, Ummul Mukminin.
Khadijah adalah wanita ideal, istri yang ideal untuk Nabi Allah, ibu yang ideal bagi anak-anaknya, serta ibu yang ideal untuk kaum Mukmin.
Keimanan pada rahmat Allah SWT merupakan mata air yang Khadijah gunakan. Ia dianugerahi dengan apa yang Al-Qur'an al-Karim sebut qalbun salim (hati yang bersih), dalam ayat 89 surah Asy-Syua'ara. Qalbun salim, hati yang bersih, telah didefinisikan oleh A. Yusuf Ali, penerjemah dan ahli tafsir Al-Qur'an sebagai berikut:
"Hati yang suci dan tidak terkotori oleh berbagai penyakit yang diderita orang lain. Karena 'hati' dalam bahasa Arab tidak hanya pusat berbagai emosi dan kasih sayang, tapi juga akal yang menghasilkan suatu perbuatan, maka ia bermakna karakter seluruhnya."
Keagungan karakter Khadijah merupakan petunjuk hatinya yang suci. Khadijah dilahirkan memiliki qalbun salim yang nampaknya hanya orang-orang pilihan Allah SWT saja yang diberi. Ia adalah hati yang penuh dengan keyakinan mendalam, dedikasi pada Islam, serta kecintaan dan syukur pada Allah SWT.

Masalah Umur Khadijah
Kebanyakan sejarawan Muslim mengatakan bahwa Khadijah berusia 40 tahun ketika menikah dengan Nabi saw dan banyak sejarawan yang mengulang-ulang angka ini sehingga diyakini sebagai kebenaran mutlak. Tetapi, angka ini terbuka untuk dipertanyakan atas dasar berikut:
1. Tidak ada sejarawan yang mengetahui tahun kelahiran Khadijah. Angka 40 hanyalah sebuah perkiraan, dan itu terlalu berlebihan. Memang benar bahwa Khadijah lebih tua daripada Nabi Muhammad saw, tetapi hanya sedikit lebih tua.
2. Semenanjung Arabia merupakan sebuah negeri yang panas, dan gadis-gadis Arab mencapai tingkat kedewasaan yang jauh lebih cepat daripada gadis-gadis yang tinggal di iklim dingin atau sedang. Gadis-gadis Arab lainnya juga menikah cukup awal. Pada umur 40 tahun, tahun-tahun terbaik dalam kehidupan seorang wanita telah berlalu, dan di usia tersebut harapan untuk memiliki anak menjadi rendah, bahkan menurut medis, termasuk usia risiko tinggi untuk hamil.
3. Ia menerima banyak lamaran dari para penguasa dan pemuka Arab, tetapi ia menampiknya. Mereka tidak dapat mengesankan Khadijah dengan harta. Jika mereka kaya, ia nyata-nyata lebih kaya dari orang terkaya di antara mereka. Dan dengan sifat-sifat pribadi semacam itu sebagaimana sifat-sifat kepala, tangan, dan hati, semua itu seperti debu di kakinya. Siapa pun yang mencoba mengesankannya dengan harta atau kekuasaan jika tidak bodoh, tentu saja naif. Oleh karena itu, ia membuat target, sampai datangnya seorang laki-laki yang benar-benar mengesankannya-- Muhammad al-Mustafa saw dan ia pun menikah dengannya.

Dugaan Perkawinan Khadijah
Khadijah tidak pernah menikah sebelum menikah dengan Nabi Muhammad saw. Pernikahannya dengan Nabi Allah adalah yang pertama dan terakhir baginya. Para sejarawan yang sama mengklaim bahwa Khadijah menikah dua kali sebelum ia kemudian menikah dengan Rasulullah. Sebagaimana telah dicatat sebelumnya bahwa seluruh pemuka Quraisy dan pemuka-pemuka Arab ingin menikahinya, namun ia tidak berkenan mempertimbangkan siapa pun dari mereka untuk sebuah ikatan perkawinan. Apabila benar ia telah menikah dua kali sebelumnya, ia tidak akan ragu-ragu menikah untuk yang ketiga kalinya.

Epilog:
Beberapa orang mengajukan pertanyaan bahwa jika dianggap Khadijah menikah 2 kali sebelum perkawinannya dengan Nabi saw, dan ia berumur 40 tahun saat perkawinannya, adakah yang patut dicela tentangnya? Tidak! Apabila seorang laki-laki atau wanita menikah lebih dari satu kali atau telah berumur 40 tahun, tak ada cela tentangnya.
Pertanyannya bukanlah benar atau salahkah jika Khadijah menikah lebih dari sekali atau jika ia berumur 40 tahun dalam pernikahan terakhirnya. Satu-satunya pertanyaan adalah: Apakah merupakan fakta sejarah bahwa Khadijah telah menikah 2 kali, atau bahwa ia berumur 40 tahun dalam pernikahan terakhirnya? I absolutely say NO!
Bila seseorang setuju dengan para sejarawan sogokan bahwa Khadijah telah menikah dua kali, dan ia telah berumur 40 tahun pada pernikahan terakhirnya, tak ada yang berkurang dari kedudukannya. Ia tetap mulia. Tetapi, hanya tidak benar bahwa ia adalah seorang janda berumur 40 tahun ketika menikah dengan Nabi saw, dan karenanya, tidak etis menambah-nambah kesalahan dalam riwayat hidupnya, ataupun hidup laki-laki atau wanita lainnya, dalam persoalan itu. Setiap orang berhak atas pendapatnya sendiri, namun tidak pada fakta-fakta itu sendiri. Apabila seorang pencari kebenaran hendak memisahkan fakta-fakta dari pendapat, ia dapat melakukannya dengan pertolongan akal dan analisa logika. Pencarian kesimpulan dari prinsip-prinsip yang pasti, akan merupakan sebuah pengalaman yang berguna.
Apapun yang ditulis sejarah tentangnya, ia tetaplah salah satu dari empat wanita agung menurut Islam (Asiyah, istri Fir'aun; Maryam, ibu Nabi Isa as; Khadijah, istri Rasulullah saw; dan Fathimah, putri Rasulullah saw).