Sunday, September 13, 2015

Yes, We Are The Bandar's!!!

Akhirnyaaa... tiga minggu yang awalnya terasa berjalan amat lambat ternyata selesai juga. Dengan selesainya stase Community Medicine, yang sebelumnya didahului oleh stase IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat), artinya kami harus kembali ke kehidupan nyata kami, yaitu di tempat menuntut ilmu favorit kami, RSUD Dr. Soetomo. Kami akan kembali jaga, menangani pasien dan ujian, begitu seterusnya sampai stase terakhir kami. Tapiii, sebelum itu terjadi beberapa jam lagi, izinkan aku menuangkan kenangan, memori, pelajaran yang layak untuk dikenang, sebelum memori ini memudar. Suatu pelajaran berharga tentang kehidupan yang mungkin akan jarang aku temui lagi.


Sooo, let me introduce these amazing people who turn into family  :)
Laki-laki (dari kiri ke kanan): Edrick, Nico, Ayub (Oi), Kun dan Laskar
Perempuan (dari kiri ke kanan): Mbak Ika, Nanda, Grace, aku (Fariztah), Yumnah (Jumi) dan Vembi (Bembi).

Kelompok kami yang berjumlah 11 orang ini, pada awalnya belum kenal baik satu sama lain, kecuali yang memang satu kelompok DM. Dengan latar belakang yang berbeda, sifat dan karakter yang berbeda, pada akhirnya kami merasa sangat bersyukur berada di kelompok ini. Cukup banyak cerita lucu, unik, menyenangkan, menyedihkan, menjengkelkan sampai hampir merasa putus asa selama tiga minggu kami hidup disini, di Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang. Kecamatan Bandarkedungmulyo merupakan kecamatan paling barat, perbatasan Jombang dengan Nganjuk dan Kediri. Karena di daerah perbatasan, bagi kami peradaban terdekat adalah di Kertosono, Nganjuk. Hanya membutuhkan sekitar 10 menit dari rumah dinas kami. 

Letak Puskesmas kami, yang cukup dekat dengan Sungai Brantas

Sebelum kami berangkat, pasti ada beberapa hal yang terlintas di otak kami, yang kami harapkan akan kami dapatkan disana, antara lain:
  1. Bisa menerapkan prinsip work hard, play harder yang artinya tugas selesai, kami juga bisa jalan-jalan, menjelajahi kota Jombang dan sekitarnya
  2. Mendapat Kepala Puskesmas yang asyik, woles, menerima kedatangan kami dengan hangat dan terbuka dengan kami
  3. Mendapat rumah kontrakan yang cukup nyaman, laki-laki dan perempuan bisa satu rumah untuk memudahkan kami bekerja dan ada tempat untuk memasak, apalagi ada yang pintar memasak di kelompok kami. Meskipun kami tahu kalau kami ditempatkan di rumah dinas dekat puskesmas dan di tepi jalan raya provinsi, kami harap kami masih bisa melobi Kapus kami agar kami diizinkan mencari rumah kontrakan yang lebih nyaman
  4. Tugas kami selesai dan bisa menghasilkan program-program yang diterima dan bermanfaat bagi masyarakat

Dan dari harapan-harapan yang terlintas di otak kami, kenyataan yang kami dapatkan adalah:
  1. Rumah dinas yang ditempati oleh laki-laki, ternyata tidak sepenuhnya bersih dan nyaman. Bahkan semua kecoa dan semut keluar dari sarangnya. Mungkin karena terganggu dengan kedatangan kami. Dan lucunya, ternyata ada dari kami yang belum tahu kalau kecoa bisa terbang, dan mengatakan bahwa itu adalah kecoa mutan. Dan karena berada di tepi jalan raya provinsi, yang dilewati truk, bus dan apapun itu, masalah yang kami hadapi adalah: debu, bisingnya klakson bus dan truk, belum lagi kalau mereka ugal-ugalan, kami hanya bisa berdoa semoga kami tetap diberi keselamatan dan perlindungan dari-Nya sehingga tidak ada bus, truk dan lain-lain yang nyasar ke rumah dinas kami, dan juga getaran-getaran akibat bus dan truk yang lewat (laki-laki yang punya banyak pengalaman tentang ini)
  2. Kos yang ditempati oleh perempuan, tidak jauh dari puskesmas, sekitar 100 meter. Sebenarnya cukup nyaman bila dibandingkan rumah dinas. Tapi ternyata kamar mandinya hanya satu, itu pun digunakan bersama orang lain yang kos disitu bahkan termasuk bapak kos, ibu kos, anak kos. Untuk mencuci, awalnya aku berencana bakal mencuci di dalam kamar mandi tiap mandi pagi. Tapi dengan kenyataan seperti itu, aku mengubah rencana dengan mencuci di depan kamar mandi dan menggunakan pompa tangan (pompa air sederhana jaman dulu). Sayangnya aku belum sempat mendokumentasikan pompanya
  3. Ternyata kapus kami sangat jauh dari apa yang kami ekspektasikan, tidak hanya itu, jujur saja kami sama sekali belum pernah bertemu, berinteraksi dengan orang yang mempunyai karakter seperti itu. Dan itulah yang membuat kami awalnya tidak terlalu bersemangat menjalani CM ini. Bayangkan saja, bagaimana nasib nilai kami di tangannya
  4. Tapi alhamdulillah, meskipun kami tidak diterima dengan baik oleh kapus kami, kami sangat bersyukur ternyata ada yang menyambut dengan senang kedatangan kami, yaitu Bu Yayuk dan drg. Ning. Kalau saja tidak ada beliau-beliau ini, kami mungkin tidak sanggup bertahan hidup disini
  5. Kondisi kritis yang menentukan kehidupan kami selanjutnya adalah ketika lokakarya. Meskipun yang datang mungkin tidak sesuai harapan kami, tapi ternyata kualitas mereka jauh melebihi ekspektasi kami, dan itu yang kami syukuri dan karena mereka, kami sangat bersemangat menjalani hari-hari berikutnya untuk menjalankan terapi komunitas.
  6. Ternyata masalah masih suka mendekati kami. Kami mengalami beberapa hambatan dalam merealisasikan terapi komunitas yang kami rancang dan datangnya sekali lagi, dari kapus kami. Beliau tidak menunjukkan dukungan maupun apresiasi terhadap apa yang kami coba lakukan untuk wilayah kerja puskesmasnya. Merasa jengkel, sebal, bingung, hampir putus asa? Ya, pasti.. Tapi kami bertekad untuk tetap merealisasikannya dalam keterbatasan kami. Kembali lagi ke niat kami, kami hanya ingin kebaikan yang diperoleh dari program tersebut untuk masyarakat. Mungkin promosi ataupun publikasi program kami tidak segencar kelompok lain, tapi kami bangga kami tetap bisa produktif di tengah keterbatasan kami, dimana kami tidak mendapatkan dukungan dari orang yang mempunyai kuasa tentang itu.
  7. Kami menyadari bahwa kelompok kami hebat, masing-masing dari kami mempunyai kelebihan dan peran masing-masing yang membuat program kami berhasil, membuat kami terus maju, menghadapi masalah yang ada bersama-sama, mencurahkan pendapat dan mengambil keputusan terbaik untuk kelompok. Dan sekarang, kelompok ini telah berubah menjadi keluarga :)  

Cukup 7 poin aja yaa kenyataan yang kami dapatkan. Sebenarnya lebih banyak dari itu. Bahkan kalau ditulis pun tidak akan bisa menggambarkan apa saja yang telah kami dapatkan. Dari ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan itu, kami berkesempatan untuk belajar. Belajar hal-hal berharga yang mungkin tidak akan kami dapatkan di tempat lain, kalau tidak disini. 

Inilah maksud dari community medicine:
Go to the people
Live among them
Learn from them
Love them
Start with what they know
Build on with what they have

Mungkin awalnya aku hanya sekedar mengerti ketika membaca kata-kata ini, tapi setelah aku mengalaminya, aku menjadi semakin mengerti apa maksud dari ini.

Dan, tibalah di bagian akhir dari post ini. Dari hal-hal yang kami temui, dapatkan, rasakan, dari suka maupun duka, dari awal bekerja sama hingga setelah CM ini, yang pertama kami rasakan adalah kami sangat bersyukur. Kami bersyukur kami bisa belajar banyak, belajar tentang dinamika kehidupan, belajar menjadi orang yang lebih baik lagi. Mungkin ini yang bisa aku ambil selama 3 minggu hidup bersama mereka, orang yang paling tangguh:
  1. Mungkin bertemu orang dengan karakter yang luar biasa unik itu bukanlah harapan masing-masing dari kami, tapi pasti suatu saat selama kami hidup kami akan bertemu dengan orang seperti itu, hanya saja kami dipertemukan dengan orang itu saat 3 minggu kami di sana, dan beruntungnya kami, kami bisa menghadapinya bersama-sama. Dari beliau, kami belajar untuk tidak asal menilai / men-judge orang yang baru kita temui, menghargai orang lain sebagaimana kami juga ingin dihargai, menyambut tamu yang datang dengan ramah dan hangat, mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Kami tidak menilai beliau memiliki karakter yang buruk, tapi kami hanya berpikir positif, mungkin ada sesuatu yang terjadi sebelumnya ataukah ada pengalaman buruk yang membuatnya menjadi seperti itu. Semoga beliau dibukakan pintu hatinya dan bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi
  2. Baik rumah dinas maupun kos yang kami dapatkan juga bukanlah seperti apa yang kami harapkan, apalagi setelah melihat rumah kontrakan kelompok lain. Tapi seperti kata Kun, "Jangan bandingkan kita dengan kelompok lain, rumput tetangga selalu lebih hijau daripada rumput sendiri." Syukurlah airnya jernih meskipun agak beraroma "karat", mungkin karena pipanya yang berkarat. Dengan mendapatkan kesempatan tinggal di sini, membuat kami lebih mudah bersyukur. Ternyata rumah kami sangat nyaman, tidak bising dan tidak berdebu. Kalau mandi tidak perlu antri, kalau mencuci tidak perlu menggunakan pompa, yang sudah amat jarang ditemui di Surabaya. Semua itu meninggalkan kesan tersendiri di hati kami.
  3. Mungkin ada yang tidak menghargai keberadaan kami disana, tidak menghargai program terapi komunitas yang kami ajukan, tetapi kami merasa amat sangat bersyukur sekali dan bahagia luar biasa ketika mengetahui masih ada lo, masih ada orang yang sangat menghargai kami, berterima kasih karena keberadaan kami, yaitu kader-kader Desa Pucangsimo, Bu Yayuk dan drg, Ning serta dari orang yang tidak kami sangka yaitu perwakilan Dinkeskab Jombang, Bu Titik Ulfah dari Kesehatan Keluarga (KESGA). Dan juga, kami mendapat dukungan dari pembimbing kami dan dosen-dosen yang melakukan supervisi ke rumah dinas kami.







Terima kasih banyak teman-teman seperjuangan, The Bandar's/Rangers of Bandar, keluarga baruku. Akhirnya kita berhasil melalui semuanya yang alhamdulillah berakhir dengan indah dan manis. Semangat berjuang di stase masing-masing, semoga sukses. Sampai ketemu di stase terakhir kita, stase obstetri-ginekologi :)