Ramadhan tahun ini akan segera berakhir. Rasanya baru beberapa hari yang lalu hati ini bergembira menyambut datangnya Ramadhan, bulan Allah yang penuh berkah. Aku merasa sangat sedih, menyesal, dan berpikir apakah aku sudah memanfaatkan waktuku sebaik-baiknya untuk memperoleh rahmat-Nya pada Ramadhan kali ini. Alhamdulillah Ramadhan tahun ini bertepatan dengan libur kuliah. Tapi sama aja aku harus ke kampus untuk mengurus banyak hal (susah dijelaskan, hehe..). Paling tidak aku bisa lebih fokus ke ibadah pada malam harinya. Aku merindukan saat-saat membaca doa yang panjaaang sekali, doa yang dibaca pada malam-malam terakhir, butuh waktu satu jam lebih untuk membacanya. Agar tidak mengantuk dan akhirnya salah baca, ibu selalu mengajakku membaca doa bersama. Di satu malam, pada 10 hari terakhir, aku dan ibu sengaja tidak tidur, banyak sekali amalan dapat yang dikerjakan. Setelah selesai mengerjakan amalan-amalan itu, aku membuka sesi curhat antara anak perempuan dan ibunya. Sebenarnya aku mencoba introspeksi diriku sendiri. Karena menurutku mungkin ibu bisa membantuku melihat apakah aku sudah mengambil jalan yang tepat atau tidak, mana yang harus aku perbaiki untuk menjadi lebih baik ke depannya, mengingatkanku untuk selalu bersyukur untuk apapun yang Allah berikan kepada-Mu. Sempat merasa apatis karena mimpiku belum tercapai semua, tapi ibu kembali mengingatkan, kembalikan semua pada Allah, karena Allah mengetahui apa yang baik bagiku. Mungkin saja apa yang aku pinta tidak baik untukku, jadinya Allah belum mengabulkan doaku. Bukankah Dia memberi apa yang paling dibutuhkan hamba-Nya? Pesan ibuku selalu sama setiap waktu: selalu berusaha menjadi orang baik, orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak terasa aku akan menempuh semester lima beberapa minggu lagi. Umurku juga sudah 20 tahun lebaran kali ini. Waktu memang cepat berlalu. Ngomong-ngomong, aku ada kutipan bagus lagi, tentang waktu.
"Jika dunia ini ibarat pasar, maka seluruh umat manusia seperti penjual es batu, dan es batu itu adalah modal waktu yang diberikan Allah kepada manusia," kata Ayatullah Muhsin Qira'ati saat menafsirkan surat Al-Ashr. Para penjual es batu selalu dihadapkan kepada kemungkinan mengalami kerugian total jika dagangannya tidak segera laku. Pada suhu udara yang normal, es batu pasti mencair seiring dengan berlalunya waktu, dan es yang sudah mencair pasti tak akan ada yang membelinya.
Itu sebenarnya rahasia waktu. Demi waktu yang terus berlalu, sesungguhnya seiring dengan berlalunya waktu, manusia itu pasti merugi, kecuali mereka yang berhasil menukarkan waktu-waktunya dengan hal-hal paling positif bagi hidupnya: beramal saleh dengan landasan keimanan, serta selalu saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Sayangnya, kebanyakan dari manusia tergolong ke dalam kelompok yang merugi itu. Kita cenderung membiarkan es dagangan kita terus-menerus mencair. Waktu terus bergulir, dan kita isi waktu-waktu tersebut dengan sesuatu yang sia-sia. Kalaupun ada kebaikan di dalamnya, itu tidak sebanding dengan harga dari waktu yang terbuang.
Huhu.. Jadi sedih.. Semoga kita selalu diingatkan untuk memanfaatkan waktu kita di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Semoga kita bukan termasuk orang yang merugi. Semoga setelah berlalunya Ramadhan kali ini, kita menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga ibadah kita setelah Ramadhan tetap istiqomah seperti saat Ramadhan.
semoga bisa dipertemukan ramadlan tahun berikutnya
ReplyDelete