Tuesday, July 24, 2012

Surabaya City Tour: Visit Museums by Bemo Surabaya Heritage

Hari Kamis, 19 Juli 2012, aku dan teman-teman merencanakan lagi untuk berkeliling kota tercinta dengan bis Surabaya Heritage Track (SHT), setelah dulunya pernah gagal gara-gara Lilik ketiduran -,-". Kami sepakat kumpul di kampus pukul 07.30. Kali ini Vembi nggak ikut, dia masih di Ngawi, kota tercintanya. Tapi seperti yang aku duga, aku datang pertama, padahal jam tanganku sudah menunjukkan pukul 08.00, ckckck.. Aku menunggu di gazteng sendirian, untung ada Ili yang bersedia menemaniku. Beberapa saat kemudian, Ainun datang. Wow, dia udah ngeprint petunjuk jalan ke House of Sampoerna yang dia cari di Google Maps. Lilik akhirnya datang juga. Dia langsung menuju telepon umum koin yang ada di gazteng. Dia menelepon House of Sampoerna untuk memesan kursi bis Surabaya Heritage Track yang jadwalnya akan berangkat pada pukul 09.00. Kami beruntung masih bisa memesan, tapi tunggu, masalahnya adalah Yenni belum datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. Kami langsung menelepon Yenni. Oh tidak, ternyata Yenni lupa -___-. Kami pun segera menyuruh Yenni segera ke kampus. Tapi sayangnya rumah Yenni itu di Sidoarjo. Rencana kami pun gagal lagi, hahaha.. Tahu nggak, berulangkali aku merencanakan untuk berkeliling kota dengan menggunakan bis tersebut sejak SMA, tapi selalu gagal.. Akhirnya kami pun memutuskan untuk membuat rencana alternatif, berkunjung ke Tugu Pahlawan (Heroes Monument) sekalian ke Museum 10 November (Tenth of November Museum). Kami segera menuju tempat parkir motor. Tapi entah kenapa aku lebih memilih untuk naik bemo daripada naik motor. Aku pikir jalan kesana pasti macet dan banyak truk atau bis yang melewati jalan itu. Agak bonek juga, karena kami nggak tau bemo kesana. Tapi kan bisa tanya, hehe.. Lagipula cuaca hari itu lagi mendung. Jadi nggak kepanasan kan :)
Kami mencoba tanya pak sopir bemo O yang lewat di depan kampus kami, kampus A Unair. Ternyata lewat Tugu Pahlawan ^^ karena kami naik bemo, kami menamakan perjalanan kali ini dengan menggunakan Bemo Surabaya Heritage (menghibur diri sendiri karena gagal menggunakan SHT, haha..). Tapi setelah sampai, agak susah menyeberang jalan, macet banget.. Setelah itu, agenda selanjutnyaa, foto-foto sebelum masuk museum ^^
 
Walaupun nggak ada tripod, tas kami pun bisa berfungsi sebagai tripod. Sayang kan, kalau semua nggak ikutan foto. Tapi awalnya yang punya kamera, Yenni, lupa gimana caranya ngatur self-timer --"
Tapi alhamdulillah bisa :)
Kalau ini iseng-iseng foto lompat, mumpung ada lapangan rumput ^^ (Dari kiri: aku, Lilik, Ainun)

Wah, posenya Yenni mirip sama mid air pose Gary di salah satu episode Running Man. Rambutnya juga wow :D (Dari kiri: aku, Yenni, Lilik)
Lama-lama aku dan Lilik capek lompat terus --"

 
Jalan masuk ke museum.
Alhamdulillah, ternyata gratis kalau nunjukin KTM, padahal udah siap-siap uang buat karcis masuk. Lumayan :)

Di dalam Museum 10 November lantai dasar. Kalau di lantai atas ada dioramanya, tapi nggak boleh difoto.
Ini foto di bawah Tugu Pahlawan. Walaupun mendung, tapi tetep aja mata kami cenderung menutup karena silau, hehe.. 
Setelah puas berkunjung ke Museum 10 November dan Monumen Tugu Pahlawan, kami sholat Dhuhur dulu di mushola karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Lalu, destinasi berikutnya adalah Bebek Goreng Cak Yudi di dekat SMP Negeri 2 Surabaya. Jalan kaki juga menguras tenaga, bro. Perut kami sudah meronta-ronta minta diisi. Wisata kuliner ini karena dekat dari Tugu Pahlawan, kami tempuh dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Lilik membicarakan bebek goreng yang enak dekat Tugu Pahlawan, tapi ternyata yang aku maksud dan yang dia maksud berbeda. Tapi nggak masalah, karena kami udah laper banget.
Setelah selesai makan, kami membicarakan destinasi selanjutnya. Yenni punya usul ke Tunjungan Plaza (TP) aja nonton bioskop. Tapi motor kami ada di kampus, dan bakalan di kunci pintu parkirnya pukul 17.00. Kami nggak bisa pulang dong. Lalu, kami berpikir untuk ke kampus dulu, lalu naik motor ke TP. Tapi setelah dipikir lagi, mumpung udah dekat, kenapa nggak ke Museum Kesehatan aja. Nggak setiap waktu kami sempat kesana. Museum Kesehatan berada di Jl. Indrapura. Posisi kami juga di Jl. Indrapura. Tapi kalau jalan kaki sepertinya masih jauh. Kami pun memutuskan naik bemo yang lewat di depan kami. Sebelumnya pasti tanya ke pak sopirnya lewat Museum Kesehatan nggak.. 

Di depan Museum Kesehatan Dr. Adhyatma, MPH. Tiket masuknya Rp 1.500,00 per orang. Wow, parkir motor aja ada yang sampai Rp 2.000,00
Di dalam Museum Kesehatan, kami nggak foto-foto karena terlalu sepi. Di ruangan itu hanya ada kami berempat, ckckck.. Kami juga asyik melihat-lihat benda-benda yang dipamerkan. Tapi, karena saking sepinya, sampai ada kejadian lucu. Di salah satu pintu yang ada di ruangan itu, tertempel tulisan "Dunia Lain". Kami sebenarnya penasaran, tapi karena nggak ada orang lagi selain kami, kami memutuskan untuk melihat-lihat yang lain terlebih dahulu, setelah itu balik ke pintu itu, kalau ada apa-apa kami bisa langsung menuju ke pintu keluar. Setelah sampai di pintu keluar, kami memutuskan untuk balik ke pintu tadi. Kami pikir mungkin itu ruangan tempat benda-benda kesehatan budaya, seperti santet atau pengobatan alternatif lainnya yang pernah kami lihat di televisi. Kami pun berbaris seperti detektif (lebih tepatnya ada rasa takut menyelimuti, hehe..). Ternyata terkunci. Kami pun menuju ke pintu keluar. Jalan menuju pintu keluar ada yang menyempit. Hanya bisa dilewati oleh satu orang. Aku berjalan paling depan, lalu Yenni dan paling belakang Ainun dan Lilik. Ainun dan Lilik berebut karena nggak ada yang mau paling belakang. Mungkin karena suasana seram di museum, hehe.. Akibatnya terjadilah suatu peristiwa antar Ainun dan Yenni. Tapi, maaf karena berdasarkan permintaan korban dan pelaku, peristiwa tersebut tidak bisa aku ceritakan disini, walaupun aku sangat ingin membagikannya ^_^ V
Kami pun keluar sambil tertawa terbahak-bahak. Ada petugas yang menunggu kami dan bertanya ada apa mbak. Spontan kami hanya tersenyum. Kemudian, beliau menunjukkan ruangan lain yang bisa kami kunjungi. Ternyata hal-hal tentang santet atau pengobatan alternatif ada di ruangan yang bertuliskan Kesehatan Budaya. Kami masih penasaran dengan tulisan "Dunia Lain" yang kami temukan tadi. Kami pun bertanya pada beliau mengapa pintu itu terkunci. Lalu beliau menjawab, "Oh, itu toilet mbak. Waktu kapan itu pernah dibuat syuting Bukan Dunia Lain yang di Trans 7 itu lo mbak..". Kami pun hanya berekspresi -_____-. Kami bertanya lagi mengapa masih ditempel. Beliau menjawab, "Yaa, biar tau aja mbak kalo Dunia Lain pernah syuting disitu." Hahaha.. Semoga di ruangan tadi nggak ada CCTV yang merekam kelakuan kami..

Setelah keluar dari ruangan Kesehatan Budaya, ada wayang yang ditampilkan. Iseng-iseng aku dan Ainun meniru wayang tersebut. Aku meniru Bima. Udah mirip belum? Hoho.. Kalo Ainun apa yaa?
Wah, ada Punakawan lewat. Kami meniru masing-masing tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Oke, aku sadar diri jadi Semar. Hahaha.. Ainun jadi Gareng, Yenni jadi Petruk, Lilik jadi Bagong. 
Akhirnya tiba waktu kami untuk pulang. Tapi ada satu masalah. Masalah kami adalah, kami nggak tahu bemo apa yang bisa membawa kami kembali ke kampus. Kami bertanya pada orang yang kami temui di jalan. Ada dua pilihan. Pertama, jalan kaki ke Tugu Pahlawan lalu naik bemo dari sana. Kedua, kami naik bemo ke JMP dulu baru naik bemo lagi yang menuju ke kampus A. Otomatis kami memilih opsi kedua karena kaki kami udah keriting jalan kaki terus. Hehe.. Kami naik bemo apa aja yang lewat di depan Museum Kesehatan yang menuju JMP. Tapi karena macet, kami diturunkan di tengah jalan, sopirnya putar balik --" Untung udah dekat JMP. Wah, ternyata ada bemo O. Kami tanya pak sopir apa bemo ini lewat depan kampus A, ternyata iya. Alhamdulillah.. Akhirnya kami sampai dengan selamat kembali ke kampus bermodal nekat kami yang nggak tau apa-apa tentang bemo jurusan Surabaya Pusat dan Utara. Karena rumahku di Rungkut, daerah Surabaya Timur agak selatan, aku cuma tau bemo yang lewat di daerahku aja.
Coba kita hitung berapa biaya yang kami keluarkan seharian itu.
Bemo O Kampus A-Tugu Pahlawan: Rp 3.000,00
Tiket masuk Museum 10 November: Gratis ^^
Bebek Goreng Cak Yudi + es teh: Rp 15.500,00
Bemo (lupa namanya) depan Kantor Pos Besar-Museum Kesehatan: Rp 2.000,00
Tiket masuk Museum Kesehatan: Rp 1.500,00
Bemo (lupa namanya juga) Museum Kesehatan-JMP: Rp 2.500,00
Bemo O JMP-Kampus A: Rp 3.000,00
Total yang kami habiskan seharian itu adalah Rp 27.500,00
Alhamdulillah, cukup murah juga.. Walaupun cuma di Surabaya aja, walaupun rencana utama gagal lagi, tapi pengalaman bersama teman-temanku tetep aja asik :)   

No comments:

Post a Comment